Menjadi perempuan itu sebuah anugerah. Ada banyak hal yang bisa dia lakukan . Bila perempuan sudah berkeluarga , maka setiap langkahnya jadi ibadah di hadapan Tuhannya.Cara dia membuat kopi, menyajikan sambil tersenyum , atau menemani suami mengobrol bisa bernilai ibadah.Â
Pada saat dia memasak, memilih sayur terbaik untuk dibuat hidangan atau memilih buah tersehat untuk sang suami maka itu manjadi hal yang layak dipuji. Apalagi bila ia rela belajar memasak, membuat garnish bagi masakannya, menvariasikan sesuai selera keluarga maka hal itu layak diacungi jempol.
Saat dia berdandan cantik dan wangi maka yang ada di benaknya bukanlah untuk menggoda lelaki lain atau memamerkan wangi ke kolega. Perempuan seperti itu layak jadi dambaan suami. Lihatlah kinerjanya jika ia wanita karir dan janganlah pelototi body seksinya jika dia memang sedang menjadi buah bibir.
Setiap gerak-gerik perempuan bisa menjadi magnet bagi lelaki yang berfikiran' lebih".Lebih leluasa dalam berimaginasi sampai lupa dia telah beristri. Â Magnet itu bisa berupa suara yang cenderung merajuk saat bicara atau bergurau . Bisa juga berupa sentilan tangan lembut gemas saat digoda kolega. Ah, semua bisa menjadi magnet di setiap kujur tubuhnya.
Buah bibir itu semakin menggoda saat dia pun sedang terlena. Maka jagalah dia untuk supaya tetap wajar dalam bicara, normal dalam bergurau dan lancar dalam kinerja. Tidak bisa tidak hidup laki-laki pasti berdampingan dengan beragam perempuan dalam karakter dan kebiasaan.
Saling mempertahanankan harga diri masing- masing tanpa menelantarkan sisi kemanusiaan adalah lebih berharga daripada mengunggulkan keakraban tapi mengorbankan sisi yang lain.
Setiap perempuan selalu punya sisi untuk dibicarakan baik oleh lelaki maupun sesama jenisnya. Bagaimana cara kita mempertahankan 'kenormalan" topik pembicaraan agar tidak baper atau berlebihan dalam berekspresi sehingga menyinggung perasaan yang lain itulah yang perlu dipertimbangkan.
Mempertahanakan kebersihan fikiran dan hati itu lebih membuat semua orang nyaman daripada mencari teman bicara dengan cara membuat topik pembicaraan yang melukai hati dan membuat hubungahnjadi basi. Menghindari menjadi pribadi yang busuk dan menjadikan hati dan fikiran  kita sebagai wahana untuk mendapatkan solusi bagi setiap orang lebih utama dari pada menyombongkan ego secara diam-diam.
Si Buah Bibir perlahan akan memahami hakekat siapa dia , untuk apa dia bekerja dan bagaimana dia bersikap secara bijaksana untuk dirinya sendiri, kolega dan pimpinan tempat dimana dia mengabdi. Si Buah bibir akan belajar ihlas menjadi bagian karakter baik yang harus terus terpelihara sampai maut memisahkan dia dengan dunia. Selamat Hari Kartini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H