Semburat mentari masih panas membakar.
Ujung sinarnya silaukan sudut mata perawan.
Kerlipnya sempat bakar padi yang gersang.
Kilatannya menuliskan warna coklat di awan.
Aku sedang ingin hitung bintang.
Tapi langit belum keburu malam.
Anginpun enggan benahi rambutku yang berantakan.
Sungguh, aku sedang menunggu petang.
Kukuliti hari dengan angan dan harapan.
Berat nafasku menahan beban.
Enggan mataku,hendak melotot tajam.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!