Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Relativitas Waktu (1)

31 Oktober 2018   21:15 Diperbarui: 31 Oktober 2018   21:37 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh tipis rasa benci dan rindu

Setipis kulit kentang yang ku kupas siang tadi

Setiap lembar kulitnya bergesekan dengan pisau tajam

Setajam luka yang kau tanamkan

*

Aku ingin dudukkanmu di kursi pesakitan

Dan mendengarkan semua alasanmu

Entah hoax, tipuan atau kejujuran

Saat bibirmu mulai gumamkan suara awal

*

Sungguh satu hari terasa seminggu bagiku

Aku tak sabar untuk segera menali tanganmu

Dan kusandarkan punggungmu di bibir dinding

Agar kau tak berlari mencari alasan tak penting

*

Tak kenal betul aku , kamu hari ini

Semua berubah jadi tak bertepi

Tak ada lagi sosok yang dulu sempat aku kagumi

Berubah bagai rubah kehilangan bulu

*

Ingin ku peluk kamu, ku gigit dan kutampar sekalian

Agar kau rasakan sakit yang kuderita

Dipecundangi oleh kenyataan

Disiksa oleh ketakberdayaan

*

Sungguh aku rela kau jadi siapa saja

Mengumbar muka dan intrik dunia

Tapi berhentilah menjadi bandit

Saat kau di sisiku yang lagi sakit

*

Aku lebih rela kau katakan dengan jujur

Memberiku hanya sebatas rasa syukur

Oleh cinta dan semua rindu yang tak terukur

Tapi bukan kata gombal dan janji tak kenal untung

*

Maka marilah kita ke kursi Nya

Yang disediakan bagi manusia

Yang mungkin pernah lupa

Sebelum kita binasa

*

Masih ada waktu sebelum terlambat

Lakukan sholat taubat sebelum sekarat

Lafadkan ampunan untuk apa yang kita lakukan

Agar energi kita tetap kekal di langit terdepan

*

Yakinkan kekekalan energi kita masih cukup

Dari masa yang kita rangkai 

Juga kecepatan kita bergerak atas kesalahan

Karena energi itu kekal, hanya berubah bentuk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun