Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Keputusan Terakhir?

1 November 2018   08:19 Diperbarui: 1 November 2018   08:57 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Cinta itu menuntut bentuk dan Cinta itu butuh diperjuangkan.Itulah kata-kata yang selalu menghantui benak Rita selama tiga hari ini. Dia tak sanggup menciptakan bentuk atas perasaanya pada Tristan walaupun dia sudah dengan terus terang menyatakannya di hadapannya. Bahkan menghadirkan ibunda dan anak-anaknya. Rasa rendah dirinya yang teramat sangat karena perbedaan ekonomi yang mencolok menjadikan Rita tak sanggup memperjuangkan cintanya. Inilah mungkin keputusan terakhir yang harus dia sampaikan ke Tristan.

Tristan mungkin tidak merasakan kecamuk pikiran yang sedang dihadapi oleh Rita. Betapa besar rasa cintanya tak sanggup dia sampaikan. Kerinduan yang dia rasakan setiap malam tak pernah dia larutkan dalam kata-kata ataupun suara pada saat dia ditelpon Tristan.Pun, keluh kesah perasaannya tak sanggup dia utarakan dalam kondisi berdua sekalipun. Mungkin dialah wanita yang aneh di zaman seperti ini. 

Tapi hatinya berkata lain. Sisi hatinya mengajak dia merelakan Tristan dan separohnya memujanya untuk dimilikinya.

Cinta itu tidak harus memiliki dan cinta butuh waktu untuk bisa bersatu. Ah, kata-kata para pujangga cinta kembali mengusiknya. Rita tak pedulikan gemuruh di hatinya yang riuh rendah bernyanyi sepanjang malam berganti pagi. Udara malam tak lagi membuatnya kedinginan dan Matahari pagi tak memunculkan cahaya terang. Semua menjadi abu-abu tak berwarna.

Pagi ini Rita harus masuk kerja seperti biasa. Sebuah bank yang cukup ternama di kotanya. 

Seorang perempuan muda datang ke mejanya. Berpenampilan rapi, rambutnya tergerai, bibirnya merah menyala dan matanya bening seperti boneka. Dia perkenalkan namanya. 

" Saya Shanti.Saya marketing baru di bank ini, mbak. Apakah ini mbak Rita", Kata Shanti memperkenalkan diri. Rita mengangguk dan tersenyum seraya mengulurkan tangan.

Hari berganti minggu menuju bulan. Sudah tiga bulan Shanti satu kantor dengan Rita dan sudah tiga bulan itu Rita tak mendengar kabar Tristan. Sampai suatu hari teleponnya berdering.

" Rita ..apa kabar? Lama tak bertemu kamu. Aku sakit selama sebulan dan kamu tak menengokku sekalipun ", Suara Tristan di ujung telpon seperti sedang meminta perhatian.

Rita tak bisa berkata apa. Tiga bulan memang waktu yang lama dan selama itu pula dia tak sanggup memutuskan. Apakahd akan menerima cinta Tristan ataukah tidak.

" Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Maafkan. Aku kira kamu ke luar negeri seperti biasa kalau lagi tidak menghubungiku ", kilah Rita.

" Kamu tahu Rita, selama sebulan ini aku berkenalan dengan seorang wanita. Dia hampir setiap minggu menemuiku. Aku lihatkan fotonya ya ?", kata Tristan tanpa beban.

Dan terjadilah yang akhirnya terjadi. Itu adalah foto Shanti dan Tristan. Jadi sudah sebulan ini mereka dekat. Dunia seperti berwarna abu-abu dan menghitam. Ruangan di bank itu tiba -tiba semakin dingin dan tak mengenakkan perasaan. 

" Oh bagus, siapa dia ?", tanya Rita seolah tak tahu siapa Shanti.

Maka berceritalah Tristan tentang Shanti. Bahwa mereka berteman saja. Itu sudah cukup bagi Rita untuk bisa mulai memutuskan perasaanya.

" Kamu cocok kelihatannya sama dia", sambung Rita

"Bagaimana pendapatmu ?", wow Tristan mulai meminta pendapatnya. Untuk apa ?

" Aku tak akan bergerak kemanapun sebelum kamu memutuskan dan menjawab pertanyaanku dulu, tiga bulan yang lalu ". Oh,  ternyata dia masih ingat . Rita mulai kikuk , dia tak sanggup menjawab seketika. Baginya cinta itu memang memusingkan kepala. 

" Aku tak bisa menjelaskan. Kita harus bertemu ", akhirnya Rita pun sanggup mengucapkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun