Sejuknya malam dan romantisnya rembulan kau kalahkan dalam satu kedipan.
Merdunya muri dan indahnya pagi kau taklukkan dalam satu helaan.
Hijaunya rerumputan dan wanginya bunga kau tundukkan dalam satu sentuhan
Merahnya mentari dan sendunya senja kau ubah dalam aroma suara tanpa jeda
*
Tapi aku ingin buang semua pesona
Dalam nampan keabadian tak bermakna
Agar aku cukup puas menatapmu tanpa rasa
Agar aku tak terikat rasa rindu yang membelenggu
*
Aku mulai kuliti semua masa lalu
Biarkan hujan membawanya tanpa ngilu
Atau angin menumpahkan air mata tanpa rasa malu
Dan disempurnakan oleh malam yang menutup wajah sayu
*
Aku ingin melemparmu ke langit tertinggi
Agar aku tak lagi kau ganggu dengan segala janji tak bertepi
Karena tak ada lagi ruang rindu yang akan aku bagi
Bagiku segala pesona itu sudah tak berarti dan mati
*
Maka aku akan mulai menata hati
Dan biarkanmu melenggang ke masa lalumu sendiri
Tak usahlah aku menjadi bagian apapun dari kisahmu
Sungguh aku layak merugi waktu bila memegang rangkaian wangi melati
*
Maka biarkan kita berjalan di persimpangan
Bukan bergandengan atau selalu sapa dalam senyap
Tak juga meratapi segala pertemuan
Tak lagi menyesali semua pintu harapan
*
 Tak lagi ada yang layak dicari
Ketika merpati lupa pada janjinya sendiri
Jangan menangis atau bersedih hati
Bukan dengan cara itu aku menagih sepi
*Â
Maka Bintang di langit menjadi saksi kunci
Saat semburat abu-abu menjadi kelam tak bertepi
Dan kabut menjadi selimut sepanjang malam dan pagi
Mengabadikan dinginya kisah kita yang mulai menepi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H