Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ingin Ku Buang

30 September 2018   23:38 Diperbarui: 1 Oktober 2018   11:33 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: bb-shine.tumbler.com

Sejuknya malam dan romantisnya rembulan kau kalahkan dalam satu kedipan.

Merdunya muri dan indahnya pagi kau taklukkan dalam satu helaan.

Hijaunya rerumputan dan wanginya bunga kau tundukkan dalam satu sentuhan

Merahnya mentari dan sendunya senja kau ubah dalam aroma suara tanpa jeda

*

Tapi aku ingin buang semua pesona

Dalam nampan keabadian tak bermakna

Agar aku cukup puas menatapmu tanpa rasa

Agar aku tak terikat rasa rindu yang membelenggu

*

Aku mulai kuliti semua masa lalu

Biarkan hujan membawanya tanpa ngilu

Atau angin menumpahkan air mata tanpa rasa malu

Dan disempurnakan oleh malam yang menutup wajah sayu

*

Aku ingin melemparmu ke langit tertinggi

Agar aku tak lagi kau ganggu dengan segala janji tak bertepi

Karena tak ada lagi ruang rindu yang akan aku bagi

Bagiku segala pesona itu sudah tak berarti dan mati

*

Maka aku akan mulai menata hati

Dan biarkanmu melenggang ke masa lalumu sendiri

Tak usahlah aku menjadi bagian apapun dari kisahmu

Sungguh aku layak merugi waktu bila memegang rangkaian wangi melati

*

Maka biarkan kita berjalan di persimpangan

Bukan bergandengan atau selalu sapa dalam senyap

Tak juga meratapi segala pertemuan

Tak lagi menyesali semua pintu harapan

*

 Tak lagi ada yang layak dicari

Ketika merpati lupa pada janjinya sendiri

Jangan menangis atau bersedih hati

Bukan dengan cara itu aku menagih sepi

* 

Maka Bintang di langit menjadi saksi kunci

Saat semburat abu-abu menjadi kelam tak bertepi

Dan kabut menjadi selimut sepanjang malam dan pagi

Mengabadikan dinginya kisah kita yang mulai menepi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun