Wahai kekasih terhebat, jangan pernah merasa hebat dengan semua yang kau perbuat. Karena perjalananmu masih jauh menuju pulau nikmat bersama cita-cita yang semoga tidak terhambat.
Wahai malam penutup segala kesempatan. Bintang  mulai tertutup awan. Tapi jauh di langit ke tiga Rembulan mulai menyembul bak tentara menyusun strategi perang.
 Di ujung Sirkuit Sentul ini aku rekam perjalananmu bersama mereka. Dalam temaram lampu terang gelap penanda episode latihan di sirkuit sedang berjalan.
Wahai kekasih terhebat. Jangan pernah pergi bertarung sebelum engkau habiskan waktu untuk jaga fisikmu dan jam terbangmu. Hanya dengan stamina dan keberuntungan yang membuatmu sadar bahwa hidup itu perjuangan yang harus direncanakan.
Wahai hujan penanda saat dingin mulai menyebar. Aku catatkan semua perumpaman malam ini adalah awal dari perjalanan mencari makna kehidupan. Bukan sekedar malam di hari pertama tanpa kesan.
Wahai kekasih terhebat. Aku tandai tanggal ini, 10 Agustus 2018, tempat di mana kudengar raungan terus menerus roda dan mesin yang beradu jadi satu. Mencari sosok juara sejati esok pagi.
Bila aku tak sempat memberimu salam, kekasih terhebat. Janganlah berhenti berdoa sebelum berangkat. Kelak kamu akan tahu bahwa setiap nafasku , dalam setiap dzikirku kuselipkan namamu . Walau aku tak bisa menggantikan posisiNya tetapi engkau tetaplah kekasih terhebatku di dunia.
Besok selamat berlaga. Dari sekian banyak peserta, yakinlah kamulah satu diantara yang berdiri di podium. Rayakan kemenanganmu dengan doa walau kemudian kau semprotkan sampanye. Tak apa itu bagian dari selebrasi para pendekar roda empat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H