Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sudah Shalat?

14 Juni 2018   21:54 Diperbarui: 14 Juni 2018   22:10 953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
taken from silentwords.25 blogspot

Nia sudah menyiapkan semua menu buka puasa sederhana hari ini. Tak ada yang istimewa. Hanya ada Soto, ayam bakar sedikit, es cincau dan juga buah mangga. Tak seperti biasanya keluarga yang mengada-adakan masakan tambahan selama bulan puasa. Baginya tak ada beda antara puasa atau tidak. Semua berjalan seperti apa adanya. 

Hanya ada saat dimana dia sisihkan uang belanja suaminya supaya dua bulan sekali bisa makan diluar atau bertamasya ke luar kota. Itupun tak mengurangi uang belanja. Nia telah belajar banyak bagaimana mengatur uang untuk keluarga. Kebutuhannya memang banyak . Karena dia ibu rumah tangga murni maka dia harus pandai menyisihkan sebagian apa yang diberikan suami untuk semua jenis keperluan. Dari SPP anaknya, uang untuk listrik,air dan kebutuhan lainnya harus dia yang atur.

Kelebihan Nia disamping mengatur uang adalah mengatur anak-anaknya. Dia tak mau menyekolahkan anaknya di sekolah umum. Bagi dia tak apa dia membayar SPP agak mahal sedikit asal apa yang diperoleh anaknya dalam hal pendidikan agama lebih lengkap. Dan itu hanya dia peroleh di Madrasah Ibtidaiyah, SD Islam Terpadu, SMP Islam Terpadu atau di Madrasah Tsanawiyah. Baginya cukuplah kedua anaknya memperolah pendidikan keagamaan lengkap sampai level SMP , selepasnya dia akan membebaskan anaknya untuk lanjut ke SMA manapun dan Universitas di manapun.

Nia lahir di sebuah desa yang kebanyakan anak-anaknya bersekolah di Madrasah dan Diniyah. Dia merasakan sekali pentingnya ilmu agama bagi kehidupannya kelak. Berapa banyak dia lihat ibu-ibu yang tak bisa membaca Al Qur'an atau membaca surat yasin dari Transliterasi Indonesia.Sungguh dia sangat sedih melihat pemandangan itu. Oleh karenanya dia tak ingin anaknya seperti itu. 

Bagi Nia, belajar di Madrasah Ibtidaiyah selama 6 tahun itu sangat kurang, oleh karenanya dia mewajibkan anaknya menempuh sampai level MTs, Madrasah Tsanawiyah.

Lamunan Nia dibuyarkan oleh ketukan di pintu dan ucapan salam , Dio , anaknya yang ke dua. 

" Mama, Dio harus menyelesaikan hafalan Juz 30 karena besok akan ada Akhirush Sanah , perpisahan kelas VI "

Selepas sholat dhuhur, si kecil bergegas mengambil Juz Amma dan mulai menghafal semua ayatnya.itulah salah satu jenis pembiasaan di sekolah anaknya. Madrasah Ibitdaiyah itu seperti halnya SD tetapi Kurikulumnya dua, Agama dan Nasional. Jadi mereka tidak akan ketinggalan pelajarana bila ingin melanjutkan ke manapun, Mts maupun SMP.

Hari berangsur sore ketika Bambang, suami Nia datang. Dia menyalami Bambang dan mengobrol sejenak. Bambang tampak lelah dan Nia pun bersegera memberikan handuk supaya Bambang bisa mandi dan segera sholat  lalu bisa buka bersama. Tetapi karena capeknya , Bambang  tertidur di kursi. 

Dio baru saja selesai menghafal . Segera dia refreshing menghidupkan TV. Tampak seorang ustadz sedang mengisi ceramah keagamaan. 

" ...Berapa sih penghasilanmu sampai kamu rela meninggalkan sholatmu ? Apakah kamu  merasa cukup dengan apa yang kamu punya, tidakkah kamu ingat apa yang pertama kali nanti dihisab/diperhitungkan  dihari kiamat ? Sholatmu...Sholatmu...Sholatmu.", terdengar ustadz itu menggelegar mengucapkan kalimatnya..

" Ayah...ayah...sholat dulu yah, sebentar lagi matahari tenggelam...nanti waktu Ashar habis dan ayah akan haram kalau sholat di waktu itu", Dio tersentak oleh ustadz itu dan segera membangunkan ayahnya dengan lembut.

Bambang menggeliat dan tersenyum ke arah Dio, mengambil air wudhu dan sholat segera karena waktu Ashar hampir habis.

Nia melihat semua itu. Dalam hati dia bersyukur mempunyai seorang Dio.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun