Menulis bagi kebanyakan pemula itu sangat menyiksa. Apalagi menulis yang baik, berkualitas, membawa pesan dan terstruktur. Itu butuh jam terbang yang lumayan. Seperti yang saya lihat para senior di Kompasiana yang sering masuk ke Pilihan , Utama, Tertinggi maupun  Terpopuler. Untuk sampai kesana tentu butuh perjuangan, belajar, membaca, menganalisa, siap dikritik, siap menerima masukan dan semua ubo rampe dunia jurnalisme.Â
Ada beberapa penulis yang sangat ideal bagi saya. Yang saya suka dari mereka adalah dari tulisan mereka memberi kita pencerahan, sudut pandang yang banyak, berimbang,tidak memihak dan yang terpenting adalah data yang diberikan itu telah diverifikasi, dikonfirmasi dan juga hasil dari browsing yang valid.
Ada juga sebagian penulis yang asal menulis, dengan judul yang tidak manarik tetapi masuk juga ke area pilihan atau utama. Mungkin karena kontennuya sangat bagus. Setidaknya ada perlu sedikit polesan di judul agar lebih mempunyai" selling point ".
Sebagian penulis terjebak dalam ritme yang membelenggu dirinya sendiri. Seolah bercerita tentang keseharian tetapi lupa bahwa pembaca butuh sesuatu yang menantang, menarik dan juga membuat penasaran untuk terus dibaca sampai alinea terakhir.
Dibutuhkan ide untuk menulis. Ide yang layak untuk bisa dinikmati oleh semua kalangan. Ada banyak cara yang biasanya saya lakukan untuk mendapat ide, baik sengaja maupun tidak.Â
1. Mengobrol dengan teman
Mengobrol itu menyambung tali silaturrahmi. Mengobrol bisa lewat chatting maupun yang konvensional, berkunjung atau sekedar duduk di sebelah rekan kerja. Ada beberapa kali saya melakukan hal serupa dan itu sudah menjadi beberapa artikel di hari itu atau berikutnya. Biasanya kalau lewat hari plotnya agak buram. Jadi bila ketemu ide , langsung saja tuliskan baik dalam bentuk brainstorming maupun draft.
2. Menonton TV
Inilah media yang paling asyik dilihat kala ide sedang zonk. Beragam ulasan para pemerhati masalah politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan lain- lain akan membantu kita memberi ide untuk menulis. Bahkan dari melihat tausiyah atau film kartun pun bisa membuat otak kita tak jenak untuk segera membuat tulisan. Tentu saja kita alihkan dan kita develop sesuai sudut pandang kita.
3. Mendengarkan Lagu
Pernah ada suatu lagu yang dari tiga kalimat membuat saya penasaran untuk menulisnya menjadi tiga cerpen. Lagu yang membuat baper tak perlu kita tanggapi serius, cukup buat kita agak sensitif untuk menuangkannya dalam karya sastra yang kita suka. Bisa puisi, cerpen, prosa atau novellet.