Mohon tunggu...
Firman Pratama
Firman Pratama Mohon Tunggu... Dosen - pebisnis muda

Seorang pakar pikiran dan praktisi pendidikan yang membuat dua buah metode dahsyat yaitu Alpha Telepati dan Alpha Mind Control, seorang pebisnis yang sudah memulai bisnis sejak masa kuliah Blog pribadi di www.firmanpratama.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bersurban Belum Tentu Baik, Bertato Belum Tentu Jahat

29 Juli 2015   12:30 Diperbarui: 11 Agustus 2015   22:01 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika berkumpul dengan keluarga besar di liburan Idul Fitri, pasti banyak cerita yang dibagikan saat ngobrol bersama. Apalagi dengan anggota keluarga yang sudah lama tidak bertemu, suasana akrab antar keluarga yang lama tidak bertemu berkumpul lagi di kampung halaman adalah suasana yang dicari orang setahun sekali sehingga menjadi ritual yang disebut dengan “mudik”. Jalan-jalan menjadi macet, volume kendaraan meningkat sepanjang liburan idul fitri, karena banyak orang kembali ke kampung halaman untuk menemui saudara, menemui orang tua, berbagi cerita dan berbagi pengalaman. Ada pengalaman yang seru juga ketika saya berkumpul dengan keluarga besar di kota kelahiran saya di Blitar.

Ada pengalaman dari seorang tante saya, dia menceritakan bahwa pernah bertemu dengan seorang laki-laki yang berbaju putih bersurban di sekitar komplek perumahannya, lalu laki-laki ini mendekati tante saya sambil bertanya 

Laki2 bersurban : “rumahnya bapak X dimana ya?”

Tante : “alamatnya dimana pak?”

Laki2 bersurban :”ini bu alamatnya” sambil menyerahkan secarik kertas, kemudian bicara, “saya mau berterima kasih kepada orang ini, karena sudah memberikan ilmu agama ke saya, sudah memberikan saya sebuah karomah penyembuhan.

Tante : Wah, ini masih jauh pak

Laki2bersurban : ibu sedang sakit ya, boleh saya periksa tangannya

Tante : (karena melihat penampilan yang bersurban maka tante saya menyodorkan tangannya)

Laki2bersurban ini kemudian bicara macam2 yang intinya mau mendoakan tante saya ini, tetapi tante harus mau membersihkan semua harta yang sedang dipakainya, membersihkan artinya melepaskan semua. Tante saya sempat cerita, kalau perhiasan dilepaskan maka itu atinya memberikan kalung. Nah disini tante saya mulai “sadar” dan langsung pergi berlari.

Banyak orang yang pernah mengalami hal seperti ini, begitu melihat sosok putih bersurban maka pikiran banyak orang langsung menghubungkan dengan seorang ulama yang bisa mendoakan, padahal niatnya adalah ingin menipu dan menguasai harta bendanya. Ya, banyak cara kreatif saat ini untuk “menipu” orang. Jadi waspadalah,waspadalah. Kita harus cerdas dalam menilai seseorang, jangan hanya karena berbaju putih lantas kita percaya saja, lantas kita menuruti saja. Karena bersurban dan memegang tasbih lantas kita “terhipnotis” dan menuruti semua yang dikatakan orang itu. Yang ada nanti kita menjadi korban dan terperdaya oleh tipuan surban putihnya.

Bersurban putih belum tentu baik, bertato juga belum tentu jahat. Saya teringat ada perserta AMC, laki-laki yang bertato, persepsi awal saya dia ini garang, tapi saya menahan dulu persepsi itu sebab saya tahu bahwa jahat atau baik seseorang tidak hanya dilihat dari luar, tidak dilihat dari apa yang digunakan melainkan dilihat dari isi pikirannya. Dan benar sekali, peserta AMC yang bertato ini ternyata bicaranya halus dan suaranya kecil hehe. Hmm..seperti tokoh komar di sinetron preman pensiun itu, dari luar garang tetapi ternyata mellow.

Menilai seseorang tidak hanya dari pakaian, tidak hanya dari penampilan luar. Bersurban putih belum tentu ulama, berjas putih belum tentu dokter, bertato belum tentu jahat. Berjas belum tentu kaya, bagaimana seseorang itu dilihat dari apa yang ada di PIKIRANnya, karena Pikiran seseorang membentuk pribadi dan kualitas hidup seseorang. Begitu juga ketika ada seseorang yang mengaku-ngaku pinter, maka anda perhatikan dulu ijazah dan nilainya. Lihatlah secara utuh dari seseorang yang anda kenal, cerdaslah dalam menilai seseorang. Dengan kita cerdas menilai seseorang maka kita pasti bertemu dengan orang-orang yang benar-benar baik dan benar-benar memberikan manfaat kepada diri kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun