Mohon tunggu...
Firman Pratama
Firman Pratama Mohon Tunggu... Dosen - pebisnis muda

Seorang pakar pikiran dan praktisi pendidikan yang membuat dua buah metode dahsyat yaitu Alpha Telepati dan Alpha Mind Control, seorang pebisnis yang sudah memulai bisnis sejak masa kuliah Blog pribadi di www.firmanpratama.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Money

2 Teknik Dasar untuk Membuat Hidup Penuh Rejeki Berlimpah

17 Februari 2013   05:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:11 15414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali membahas masalah rejeki di tulisan ini untuk mencoba memberikan pencerahan kepada diri sendiri dan anda dalam berjuang mencari rejeki di kehidupan ini. Saya mulai dengan membahasa arti rejeki dulu, banyak pendapat tentang apa itu rejeki. Menurut saya, rejeki adalah semua “kebaikan” yang kita terima dalam bentuk apapun, bisa uang, kesehatan, keselamatan, hadiah, atau bahkan musibah yang terlihat orang lain merupakan hal buruk bisa jadi dapat menjadi sebuah rejeki ketika menyentuh kita. Ah..pasti anda menjadi bingung bagaimana musibah bisa dianggap rejeki. Perhatikan kisah nyata ini, dari sejarah terbentuknya brownies. Pada mulanya penemu brownies menganggap kue hasil buatannya adalah produk gagal karena inginnya membuat cake coklat, pada awalnya merasa kecewa tapi setelah dicoba ke teman2nya dan mengatakan enak dan lezat maka langsung deh dia merasa senyum dan membuat produk brownies untuk dijual. Satu lagi, pernah ada orang yang bercerita kesaya. Sebut saja ibu S, suatu hari dia berencana untuk melakukan tanda tangan kontrak  dengan kliennya di kota yang berbeda. Maka untuk menuju kota itu berencana untuk naik kereta api dengan harapan keesokan harinya sudah sampai, tapi ternyata ketika perjalanan dari rumah menuju stasiun selalu banyak saja halangan, dan kereta pun terlambat. Diteleponlah si klien, tapi klien itu mengatakan bahwa dia ada jadwal sehingga tidak bisa bertemu. Ibu ini merasa down, kehilangan kesempatan mendapat rejeki. Tapi..setelah malam harinya,ibu ini melihat televisi dan mengetahui bahwa kereta yang rencananya dia naiki mengalami kecelakaan. Dari situlah, ibu ini merasa bersyukur bahwa dia dibuat gagal untuk berangkat ke luar kota menaiki kereta itu. Dan 3 hari kemudian, kliennya menelepon bahwa dirinya lah yang akan datang ke kota ibu ini untuk bekerja sama. Jika begitu, maka sebenarnya semua peristiwa dalam hidup kita pasti Tuhan ciptakan untuk kebaikan bukan dan semuanya adalah REJEKI. Itulah definisi rejeki yang bisa saya jelaskan secara hakikatnya. Namun bagi anda, mungkin rejeki itu aalah UANG, maka jika anda mendefinisikan seperti itu juga sah-sah saja tetapi harus konsisten. Maka setiap anda berdoa meminta rejeki, yang harus anda pikirkan adalah UANG. Bagaimana mendapatkan rejeki itu, perhatikan kisah ibu tadi yang awalnya dia berniat mendatangai klien dalam hal ini saya anggap sebagai sumber rejeki lalu ternyata rejeki itu yang menghampiri ibu ini. Jika begitu ada Dua jalan untuk mendapatkan rejeki yaitu yang Pertama, Menjemput Rejeki. Dengan kata menjemput, maka artinya kita yang aktif mendatangi sumber rejeki itu. Yang kedua adalah, Menarik rejeki. Dimana sumber rejeki itulah yang bergerak mendatangi kita, sementara posisi kita yag pasif tapi uanglah yang bergerak mendatangi kita. Kedua teknik ini menjadi pilihan bagi anda mana yang nyaman untuk anda lakukan, dan memiliki resiko yang juga anda bisa nikmati sendiri. Semua itu bermula dari persepsi anda tentang rejeki, jika selama ini kita sering mendengar nasihat dari orang tua, pemuka agama bahwa rejeki harus dijemput, kita yang harus aktif mendatangi, kita yang harus bergerak. Tapi saya menawarkan persepsi baru untuk anda yaitu bagaimana jika rejeki itu yang menjemput kita, rejeki yang aktif mencari kita, kita bisa saja tetap pasif bersama keluarga, mengurus hobi dan menikmati waktu penuh makna bersama anak istri. Sebagai muslim saya begitu kagum dengan kalinat doa pada shalat dhuha: Tuhan, jika rejekiku masih jauh maka dekatkan. Tuhan,jika rejekiku masih diatas langit maka turunkanlah. Tuhan jika rejekiku masih didalam bumi maka keluarkanlah. Perhatikan doa diatas tidak ada yang menyuruh kita aktif mendekati, keatas langit, kedalam bumi. Tapi rejekilah yang kita tarik untuk mendekat,turun dan keluar menuju kita sebagai titik pusat yang diam. Kalau begitu mana yang dianjurkan Tuhan untuk kita?Menjemput rejeki atau Menarik? Bagi anda yang melakukan shalat dhuha, harusnya memilih konsep menarik rejeki. Itu yang harus ditanamkan dalam pikiran bawah sadar kita. Bagi anda yang sering melakukan shalat dhuha namun masih beranggapan rejeki harus dijemput maka tentu terjadi ketidaksinkronan antara DOA anda dengan Perilaku maka mana mungkin TUHAN mengiyakan DOA anda. Saya mencoba membawa anda untuk keluar dari persepsi yang membatasi hidup anda selama ini yang terbukti salah dan menyesatkan  Sebab jika anda ingin mengubah hidup maka ubahlah persepsi di pikiran anda dulu. Sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun