Alfred Nort Whitehead dalam science and the modern world diterbitkan pada 1960, dalam terjemahannya Indonesia sains dan dunia modern seperti pada narasi-narasi pada umumnya kerapkali sains telah menjadi suatu objek pergulatan merangsang setiap peradaban atau Agama untuk bergumul dalam dinamika setiap zaman atas suatu klaim-klaim keputusan pengetahuan dan kebenaran dianggap benar adanya.Â
Sains seperti memiliki kemandirian, indenpendensi tak dapat didominasi oleh otoritas keagamaan dll, sains berjalan pada porosnya memungkinkan memiliki pemahaman filosofis untuk menerjemahkan gejolak alam terjadi.Â
Perubahan berkembang pesat dalam lintasan waktu, sains mengusahakan suatu perubahan-perubahan pada zaman. Zaman pertengahan setelah Aristoteles, sains dengan gerakan alam mengadopsi suatu keyakinan-keyakinan atau kepercayaan instingtif, suatu kepercayaan alamiah dari berbagai dialektika zaman. A.N Whitehead mengatakan sains tak sekedar dari kepercayaan instingtif lebih daripada itu sains juga membentuk minat aktif dalam peristiwa sederhana demi peristiwa itu sendiri. Klasifikasi daripada arti demi dirinya sendiri terdiri dari beberapa fase.Â
Pertama, zaman pertengahan adalah masa simbolisme pada fase ini masa penuh gagasan besar namun tekniknya primitif tidak ada banyak dilakukan pada alam kecuali menciptakan kehidupan keras dari dirinya. Kedua, kodifikasi hukum Romawi memantapkan cita-cita hukum mendominasi pemihakan sosiologis Eropa dalam abad-abad berikutnya.Â
Ketiga, dalam bidang seni dan pengajaran non-politik konstantinopel menunjukkan tingkat prestasi dicapai sebagian karena dorongan terhadap peniruan langsung dan sebagian lagi karena inspirasi tidak langsung muncul dari pengetahuan semata-mata bahwa bidang itu ide, berperan sebagai pemicu bagi kebudayaan barat.Â
Transformasi sains pada setiap fase zaman membentuk mentalitas kecenderungan pada sains dan alam menyediakan cakrawalanya, kemampuan-kemampuan berpikir, bertindak, kedewasaan dalam sains adalah bersandar pada kemampuan berpikir menerjemahkan dan memetakan segala objek dengan kemampuan abstraksi.Â
Tokoh-tokoh pada fase abad pertengahan telah memajukan suatu progresifitas dalam memandang filsafat dengan rasionalitas tetap bersandar pada indra objek menstimulus pengetahuan, Rene Descartes meletakkan corak kemampuan berpikir secara rasional dapat akselerasi dengan pengetahuan-pengetahuan sains.Â
Rasionalisasi atau suatu kepercayaan pada akal, kepercayaan bahwa watak tertinggi sesuatu itu sadar. Sehingga mengeluarkan suatu kekeliruan atau kesembronoan. Kepercayaan terhadap tatanan alam memungkinkan pertumbuhan sains secara mendalam. Kepercayaan pada sains muncul dari pengamatan atas sifat-sifat benda menampakkan diri dalam pengamatan kita secara langsung.
Perspektif
Suatu penelaahan atas alam, di mana objek-objek terindrai meliputi proses-proses pikiran untuk memproyeksikan atau mentapkan keputusan-keputusan berupa pengetahuan: pergulatan intelektual pada abad 18 tak lepas dari upaya mendudukkan sains atau objek-onjek alam pada suatu perspektif, tentu berkaitan dengan upaya agar rasionalisasi entitas-entitas alam. Orang-orang pada abad 18 merasionalisasikan kehidupan sosial masyarakat modern dan mendasarkan teori sosiologis mereka pada fakta alam.Â
Whitehead menyebutkan pengabdian diberikan oleh filsafat sepenuhnya tenggelam oleh keberhasilan skema zaman, tokoh dianggap berpengaruh pada abad 18, Berkley pernah bertanya apakah dimaksud dengan benda-benda yang disadari dalam alam hakikat? Baginya penafsiran idealistik seringkali dapat mengurai soal alam hakikat, pikiran adalah satu-satu realitas mutlak dan kesatuan alam adalah kesatuan gagasan dalam pikiran Tuhan.Â
Dalam karyanya Berkley, Principle of human knowlodge, ia mengungkapkan bahwa membentuk kesadaran akan entitas alam adalah dipersepsi dalam kesatuan pikiran.Â
Kesadaran adalah kumpulan benda-benda menjadi kesadaran pemahaman, disadari adalah pemahaman bukan benda, Dalam perspektif suatu kemampuan urgensi adalah abstraksi, kemampuan abstraksi atas benda-benda terdapat suatu objek alam merupakan gagasan-gagasan ide menuntun pada suatu nilai, proses abstraksi itu tentu adalah persepsi apapun dibentuk dalam pikiran.
*Ditulis oleh Ahlan Mukhtari Soamole (Penulis adalah Pegiat Pertambangan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H