Mohon tunggu...
Ahlan Mukhtari Soamole
Ahlan Mukhtari Soamole Mohon Tunggu... Ilmuwan - Menulis untuk menjadi manusia

Perjalanan hidup ibarat goresan tinta hitam yang mengaris di atas kertas maka jadilah penah dan kertas yang memberikan makna bagi kehidupan baik pada diri, sesama manusia dan semesta dan Ketekunan adalah modal keberhasilan.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Sagea Dunia Mengesankan

23 September 2022   09:15 Diperbarui: 23 September 2022   09:21 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Oleh : Ahlan Mukhtari Soamole*

Panorama desa begitu indah belum terjamah oleh aktivitas pertambangan tak hayal bila semua orang mengharapkan alam pada desa ini terjaga untuk generasi masa depan, air jernih, udara segar, awan memutih kebiruan, gunung terbentang luas diperbukitan Sagea nampak mulai menghilang pepohonan itu alih-alih industri eksploitatif mulai dari land clearing, penambangan dan timbunan tanah, menghilangkan separuh pohon-pohon terbentang luas, meskipun merusak namun bagi beberapa orang atau elit berkecimpung menganggap biasa saja dengan dasar adanya transaksi menguntungkan kedua pihak, seperti kisah-kisah heroik terselip kekhawatiran akan hilangnya keindahan alam dari jejak-jejak industrialisasi.  

Tanah merah Sagea tak sekedar kampung atau desa, Sagea adalah bagian dari keindahan alam menyejukkan, danau Sagea, boki Maruru adalah identitas memperkenalkannya di mata dunia, kehadirannya merupakan suatu nilai history mengagumkan. 

Di bumi Sagea kekayaan alam terkandung melimpah nikel, besi, dll, ikan di laut tak tergantikan dengan apa pun sebab karunia Tuhan amat dekat pada bumi Sagea. Harapan-harapan dengan upaya mempertahankan keindahan alam Sagea dapat saja luput dari rencana besar aktivitas pertambangan merajalela, kebijakan-kebijakan mempermudah aktivtas penambangan, korporasi mendikte kebijakan pemerintah, masyarakat terpolarisasi membuat optimisme ketersediaan alam di Sagea pupus sudah, dapatkah generasi masa depan menghirup, merasakan menjamah alam begitu indah, mengagumkan pepophonan berlimpah, teluk, air teduh dengan semangat menjaga alam dengan keharmonisan sepertinya kesadaran dan perjuangan untuk selalu mempertahankan hak tanah ulayat itu dan sumber daya secara terus-menerus, bergotong-royong sebab kekayaan bukan uang, kekuasaan semata, kekayaan  adalah kesyukuran atas karuniah Tuhan diberikan kepada manusia berupa ketersediaan alam menghidupi. 

Aktivitas pertambangan berpeluang mencemari lingkungan, mengubah bentangan alam, pepohonan, udara bersih menjadi tercemari oleh asap-asap abu debu pabrik. Seyognya bumi Sagea adalah keberlangsungan keindahan alam untuk generasi masa depan merasakan seperti alaminya. 

Pemerintah tak boleh diam diselimuti kepentingan sepihak karena kuasa, pemerintah adalah institusi berperan mengawasi, ideal dalam tindakan etis untuk memajukan masyarakat. 

Kuasa politis pada pemerintah adalah kebijakan berpihak pada kepentingan rakyat dan lingkungan, kartel-kartel politik antara teknokrat, pemerintah dan korporasi suatu hubungan sesungguhnya eksploitatif, mengubah siklus hidup masyarakat berdampak pada pembangunan manusia, tindakan-tindakan seperti pembiaran kerusakan lingkungan, udara tercemar, debu pabrik minimnya akses pendidikan, meluasnya eksploitasi tambang tak memberikan dampak keuntungan pada kesejahteraan jiwa, raga masyarakat secara paripurna, hal itu tentu menandai keterbelakangan pada institusi sosial, ekonomi untuk memfokuskan pada upaya pembangunan manusia terutama pembangunan berkelanjutan, berdasarkan epilog Muhammad Zilal Hamzah (2020) dikutip dari  Venti Eka Satya dkk (2020) menurutnya pembangunan berkelanjutan memiliki empat pilar pebangunan yaitu pembangunan sosial, pembangunan lingkungan, pembangunan ekonomi serta pembangunan hukum dan tata kelola, menjadi pedoman harus diikuti oleh setiap negara-negara di dunia termasuk Indonesia kontemporer, tujuan pembangunan sosial sesuai amanh Undang-Undang Dasar 1945 agar masyarakat adil dan makmur. 

Desa Sagea adalah cerminan masa depan di tengah krisis melanda, krisis moral, industrialisasi mencekam. Dan tindak laku kartel elit, maka harapan-harapan untuk menjaga kenidahan Sagea untuk generasi masa depan adalah keharusan karena Sagea adalah dunia mengesankan.

*Ditulis oleh Ahlan Mukhtari Soamole (Penulis adalah Pegiat Pertambangan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun