Mohon tunggu...
Ahlan Mukhtari Soamole
Ahlan Mukhtari Soamole Mohon Tunggu... Ilmuwan - Menulis untuk menjadi manusia

Perjalanan hidup ibarat goresan tinta hitam yang mengaris di atas kertas maka jadilah penah dan kertas yang memberikan makna bagi kehidupan baik pada diri, sesama manusia dan semesta dan Ketekunan adalah modal keberhasilan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Reposisi Sains dan Perubahan Sosial

17 Juni 2020   15:26 Diperbarui: 17 Juni 2020   15:32 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                       Oleh : Ahlan Mukhtari Muslim Soamole*

Paradigma sainstik adalah cara pandang objektif yang meletakkan pemikiran konsepsional secara ilmiah. Maka, pembuktian-pembuktian ide pokok menjadi keniscayaan secara jelas. 

Menurut E. Dasilva Hornai (2014) mengatakan sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para imuwan untuk melakukan penyeledikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. 

Salah satu gerakan sains atas suatu fenomena, apabila sikon tertentu sains bertolak belakang dengan perilaku subjektif karena kepentingan menghambat suatu kejelasan-kejelasan tertentu. 

Sebagaimana sebuah distorsi atas perkembangan wabah atau biaya bencana alam yang tak menuntaskan secara penuh kebutuhan manusia. Alih-alih sains berhadapan dengan kepentingan pemerintah atau elite tertentu dapat merusak sendi kehidupan manusia. Kemandirian sains tak dapat diganggu gugat oleh apapun, kekuasaan praktis oligark. 

Citra sains buruk hanyalah diperparah oleh suatu kepentingan tak selaras dengan sains, kerusakan hutan, pembabatan, tambang liar, banjir, gempa bumi. Perilaku itu secara kodrati  jauh dari keselarasan antara sikap dan tindakan, melampauinya kepentinganatas sains akan meruntuhkan suatu peradaban termasuk human politic secara konstruktif. 

Pengaruh sains bukanlah meniadakan kesadaran transendensi sebagaimana diungkap Auguste Comte (1798-1857) perkembangan kesadaran manusia mengikuti tiga tahap yang secara linier dari pemikiran teologis, metafisis dan mencapai puncaknya pada tahap positif, karena baginya untuk mencapai pengetahuan objektif manusia harus mempelajari dan menguasai hukum-hukum alam dan melepaskan dan melepaskan hukum teologis dan metafisis yang abstrak   karena dengan itu manusia menguasai alam dan memenuhi kebutuhan hidupnya (Soerjanto Poespowardojo dan Alexander Seran, 2015). 

Sains kini telah berdampingan dengan masyarakat sekalipun soal perseturuan elite berkepentingan, masyarakat mampu memilah mana problem elitis. Dan mana keniscayaan sains hal ini berarti sains dan kemanusiaan menjadi perkakas perubahan sosial.

Nampak berbagai keruntuhan peradaban-peradaban dunia mulai dari sisa-sisa patung raksasa di Paskah atau negeri indah di Montana yang kini menyisahkan kerusakan lingkungan akibat pertambangan semakin berlebihan. 

Peradaban dan kebudayaan menjadi pemujaan masyarakat diyakini terdapat suatu kemajuan teknologi pun kian dekandensi seiring konsepsi sains yang dihadapkan kepentingan bagi elit.

Politik Modern

Kata Descartes perkembangan suatu kemajuan di era modern selalu bersandar pada matematika, matematika dan filsafat adalah dasar pemikiran manusia abstraksi dan pasti, dalam konteks politik matematika menjadi jangkar pemikiran teratur dengan formulasi tertentu dalam menjawab problem sosial maka nilai inklusif politik bersifat polimetrik. 

Begitu pun pada konteks ekonomi mengatur kebutuhan masyarakat berupaya mencapai distribusi keadilan ekonomi dan pemerataan maka sifat ekopol itu ialah ekonometrik meletakkan kepastian-kepastian dapat dipercaya. 

Reposisi sains mengutamakan  aspek kebermaknaan dan kebermanfaatan, kebermaknaan berarti emmbantu manusia untuk meningkatkan kualitas kesadarannya sedangkan, kebermanfaatan ialah membantu manusia memberikan pelayanan menciptakan peradaban jauh dari segala kepentingan karena dalam posisi meningkatkan kualitas kesadaran secara kemanusiaan.

Ditulis oleh Ahlan Mukhtari Muslim Soamole (Penulis adalah mahasiswa Pascasarjana UMI Makassar/ Pegiat Belajar Filsafat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun