Mohon tunggu...
ahjab ahjab
ahjab ahjab Mohon Tunggu... -

Pekerja

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bela Negara

16 Oktober 2015   23:17 Diperbarui: 16 Oktober 2015   23:34 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya ini, biasanya maju paling depan kalo diajak "bela-membela." Jika TNI dibayar, saya gak usah dibayar. Serius. Sayaratnya cuma dua: Yang dibela bener, dan yang dibela jelas. 

Nah, urusan bela negara, ini kan sangat tidak masuk akal. Kenapa begitu? Berikut alasannya:

SATU: Memangnya saya punya negara? 

Apa hubungan negara dengan saya, sehingga mereka bisa mengklaim bahwa saya adalah bagian dari dirinya. Hak dan kewajiban macam apa yang pernah mereka ejawantah dengan bener, sehingga mereka bisa mendaku-daku bahwa mereka adalah negara yang pas untuk dimiliki dan diaku dengan bangga.

DUA: Memangnya saya pernah dibela oleh negara?

Andai kata, anda kecelakaan nyungsep di selokan, sekarat, bahkan sampai mampus, negara tak akan ambil pusing. Berduka saja tidak. Apalagi peduli. Dan andai ada gelandangan yang kasihan, lalu membawa anda ke RS. Pertama pasti ditanya BPJS. Trus andai punya BPJS, pasti disuruh antri 10 jam, atau balik lagi besok pagi, masih dengan antrian yang sama. Singkat kata, anda mati di ruang tunggu. Itu masih lumayan, dari pada dotolak RS, karena pasien BPJS. 

TIGA: Absurd.

Cuma satu hal, dan satu bagian dari hidup saya, dan diri saya, yang diperlukan oleh negara: ujung jari saya dicelup tinta saat Pemilu. Setelah itu, hubungan anda dan negara ndak jelas. Absurd. 

Berapa uang anda yang habis akibat berurusan dengan negara ini. Mulai dari bikin KTP; berurusan dengan polisi; bikin perijinan dengan instansi-instansi; pajak yang dikorup; dan sebagainya. Itu yang materil. Belum lagi yang moril: berapa kali kita dibikin stress oleh yang mengaku-ngaku negara ini. 

Jadi mereka ini negara, korporasi, perusahaan, preman, maling, atau rampok? Itu kan ndak jelas. Apa, dan siapanya itu ndak jelas. Mending sekalian 'Bela Setan'. Kalo gitu kan jelas yang dibela. 

EMPAT: Bukan Urusan Saya.

Yang ini ndak perlu dijelaskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun