Mohon tunggu...
ahjab ahjab
ahjab ahjab Mohon Tunggu... -

Pekerja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dokter

17 September 2015   15:29 Diperbarui: 17 September 2015   15:29 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

DOKTER. Wajah-wajah khas dusun itu sudah berkumpul: lugu, polos, agak-agak bengong dan ramah senyum. Bapak-bapak dan para ibu sebagian besar paru baya. Dandanan wagu dan apa adanya tak mengurangi khidmat pertemuan pagi itu. Saya yang datang telat, jadi agak canggung, clingak-clinguk mencari kursi sisa kemudian duduk nyumput di pojok ruangan. Saya menarik nafas panjang, menenangkan diri di sudut ruangan kumal- setelah perjalanan 2 jam yang melelahkan, ngumpet dibalik punggung hadirin, sambil mengamati ada acara apa ini sebenarnya, tak biasanya seperti ini. Saya colek bapak di depan saya. Belum sempat dapat jawaban, Pak Lurah memanggil: "Pak Ahjab silakan maju pak." Saya melambaikan tangan seperti petinju yang menyerah KO: "Tidak ada yang disampaikan kok pak. Silahkan dilanjut."

 

Pak Lurah melanjutkan pidato. Saya masih kembang kempis dipojok. Selang beberapa saat kemudian sebuah rombongan datang. Turun dari mobil: 4 remaja putri dengan jas putih, 2 orang ibu tambun mengenakan seragam khaki yang sepertinya induk semangnya- geruduk langsung menyerbu masuk. "Silakan masuk rombongan Team Desa Siaga dari kecamatan." Sambut Pak Lurah.

 

Tanpa babibu Si induk semang menyambar mikrofon. Pak Lurah klakep tak berdaya. 

 

"Bapak dan ibu, saya selaku kepala puskesmas, ijinkan saya untuk memperkenalkan, opat awewek nu geulis tea adalah dokter muda. Mereka akan bergabung dalam team kesehatan di Kecamatan Kutawaluya."

 

Induk semang memberi kode, isyarat untuk beramah-tamah. Hadirin sumringah. Jarang-jarang desa mereka kedatangan artis semacam ini. Mereka bersiap menyambut wajah-wajah sinetron dengan jabat tangan hangat- sambil berharap kecipratan wangi parfum bajunya.

 

Berikutnya, yang saya lihat adalah adegan tak manusiawi (bukan tak senonoh): para doktris (dokter artis) ini menyambut jabat tangan ibu-ibu denga acuk-tak acuh, ada yang salaman sambil updet status, sambil mlengos pura-pura ambil Samsung Tab dari tas, ada yang ngeloyor keluar sambil menelpon, tanpa mempedulikan hadirin warga kampung yang masih antri bersalaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun