Mohon tunggu...
ahjab ahjab
ahjab ahjab Mohon Tunggu... -

Pekerja

Selanjutnya

Tutup

Humor

Pak Presiden yang Kami Hormati

23 Desember 2014   00:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:41 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Bapak Presiden yg kami hormati,
Bahagia rasanya punya pimimpin yg langsing seperti Bapak. Minimal itu adalah representasi dari rakyat yg terbiasa tirakat seperti kami. Puluhan tahun kami punya presiden buncit, yg secara tidak langsung itu cukup menyinggung perasaan. Tak perlulah muluk-muluk bicara korupsi atau aset negara yg habis dirampas bangsa asing, cukup dg melihat perut presiden saja rasanya sakit perasaan ini.
Bapak Presiden yg kami hormati,
Kami ini tidak pernah habis berharap. Sekian kali pergantian pemimpin, kami selalu berprasangka akan ada kebaikan dan kemudahan hidup. Meskipun pada akhirnya hanya kekecewaan yg berlarut-larut. Pun begitu saat Bapak terpilih jadi Presiden kemarin, harapan kami tetap sama. Semoga kali ini keadaan membaik. Meski pada akhirnya ternyata kami salah besar. Jauh panggang dari api. "Kado kenaikan BBM", hadiah seorang Presiden yg baru saja terpilih kepada rakyatnya, sungguh membuat kami megap-megap.
Bapak Presiden yg kami hormati,
Harga Cabe Rp 80 ribu pak. Ini gila. Kami ini rakyat terbiasa tirakat, tak peduli berapapun kenaikan harga daging sapi, sebab sejak dulu daging tak pernah terjangkau oleh kami. Tapi sambal pak, sambal adalah satu-satunya hiburan yg kami miliki. Jangan rampas kenikmatan sambal dari kami dg kebijakan Bapak. Kemudian jengkol Pak, sama gilanya dengan harga cabe. Habislah semua hiburan.
Bapak Presiden yg kami hormati,
Saya melihat seorang nenek sekarat, antri uang kompensasi Rp 200 ribu di kantor pos Rengasdengklok Kabupaten Karawang. Berdesakan dangan ratusan pengantri lain, sejak jam 7 pagi hingga jam 2 siang. Menurut Bapak kebijakan ini memuliakan atau malah menghinakan rakyat.
Bapak Presiden yg kami hormati,
Kami berdoa semoga dibawah kepemimpinan Bapak, Periode ini tidak menjadi jaman yang paling asu dalam sejarah negeri ini. Karena kami sudah sangat bosan dengan pemerintahan asu sebelumnya. Percayalah kami tidak akan kudeta Pak. Untuk apa kudeta, kalo pada akhirnya nanti yg jadi presiden Pak RT sebelah rumah saya. Sama dengan Bapak, orang Solo, pengusaha juga. Saya khawatir kalo dia jadi Presiden, seluruh wilayah Indonesa dijadikan lahan parkiran. Gawat.
Bapak Presiden yg kami hormati,
"Wes, aku ora opo-opo," terserahlah. Sebab sesungguhnya hanya pada Tuhan kami berharap. Tidak ada yg tahu "sirrul ilmi" milik-NYA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun