Judulnya cukup mengganggu, bukan? Meskipun begitu, mari kita hadapi kenyataan bahwa hal ini telah menjadi pengetahuan umum. Kemungkinan besar, banyak dari kita memiliki pengalaman serupa, baik itu dari sesama senior maupun pembaca di sini.
Tidak hanya terkait dengan cerita kehidupan, melainkan juga merupakan topik yang cukup luas. Mari kita anggap hal ini sebagai subjek evaluasi publik untuk pengembangan diri, serta pemaparan potensi kehidupan yang lebih baik di masa depan. Semoga tulisan ini memberikan manfaat bagi banyak orang, sehingga kita tidak perlu terlalu terpengaruh oleh hal-hal semacam itu.
Pentingnya pendidikan S2 dan S3 dari kacamata Profesi dan Akademis
Peningkatan pendidikan tinggi hingga tingkat magister atau doktor menjadi fokus banyak individu dalam menghadapi dinamika global dan persaingan pasar kerja yang ketat. Hal ini didorong oleh manfaat substantif, antara lain penguatan pengetahuan dan keterampilan yang tidak terakses pada tingkat pendidikan sebelumnya. Pendidikan tinggi memberikan landasan untuk pengembangan kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan adaptasi terhadap perubahan, yang menjadi kunci dalam menghadapi kompleksitas dunia modern.
Selain meningkatkan kapasitas intelektual, pendidikan tinggi juga membuka peluang karir yang lebih baik dan imbalan finansial yang lebih tinggi. Dengan menyediakan keterampilan dan pengetahuan khusus, tingkat pendidikan tinggi memungkinkan individu untuk bersaing di pasar kerja yang semakin ketat. Lebih dari sekadar jaminan pekerjaan yang baik, pendidikan tinggi juga dianggap sebagai simbol prestasi dan kecerdasan, mengangkat status sosial seseorang dalam masyarakat.
Dalam konteks penelitian dan kontribusi terhadap suatu bidang, tingkat pendidikan tinggi memberikan dampak positif yang signifikan. Kemampuan untuk memahami teori dan konsep secara mendalam, bersama dengan keterampilan penelitian yang diperoleh selama pendidikan tinggi, memungkinkan individu untuk memberikan kontribusi berarti dalam perkembangan bidangnya.Â
Sebagai contoh, seorang peneliti dengan gelar magister atau doktor dapat menghasilkan penelitian yang inovatif dan berkualitas tinggi, sementara seorang profesional kesehatan dengan tingkat pendidikan tinggi dapat mengembangkan metode pengobatan baru atau meningkatkan standar layanan kesehatan. Dengan demikian, perluasan tingkat pendidikan bukan hanya mendorong pertumbuhan pribadi, tetapi juga memberikan kontribusi positif pada kemajuan masyarakat secara keseluruhan.
Kacamata Personal
Faktor ego dan tersohor merupakan faktor yang cukup kuat dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk melanjutkan studi ke jenjang S2 dan S3. Hal ini terutama berlaku pada orang-orang yang berasal dari keluarga atau lingkungan yang memiliki status sosial yang tinggi. Mereka ingin dianggap sebagai orang yang terpelajar dan tersohor, sehingga dapat meningkatkan status sosial mereka.
Orang-orang yang memiliki motivasi ini biasanya akan memilih program studi yang prestisius dan bergengsi. Mereka juga akan berusaha untuk mendapatkan gelar dengan nilai terbaik, sehingga dapat dibanggakan oleh orang lain.
Faktor idaman mertua juga merupakan faktor yang cukup kuat dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk melanjutkan studi ke jenjang S2 dan S3. Hal ini terutama berlaku pada orang-orang yang berasal dari keluarga yang menjunjung tinggi pendidikan. Mertua biasanya menginginkan menantu mereka untuk memiliki pendidikan yang tinggi, sehingga dapat menjadi pasangan yang ideal untuk anaknya.
Orang-orang yang memiliki motivasi ini biasanya akan memilih program studi yang sesuai dengan keinginan mertua mereka. Mereka juga akan berusaha untuk menyelesaikan studi dengan cepat, sehingga dapat segera menikah dan memenuhi harapan mertua mereka.
Hubungan Strata dengan karier dan penghasilan
Jenjang pendidikan yang tinggi memiliki hubungan yang positif dengan karir dan penghasilan. Semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang, semakin besar peluangnya untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, dengan tanggung jawab yang lebih besar, dan penghasilan yang lebih tinggi.Â
Sebuah studi yang dilakukan oleh OECD pada tahun 2021 menunjukkan bahwa orang-orang dengan gelar sarjana memiliki peluang 20% lebih besar untuk bekerja di sektor formal dan 10% lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang dibayarkan dengan baik, dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memiliki gelar sarjana.
Studi juga dilakukan oleh Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia pada tahun 2022 menunjukkan bahwa rata-rata penghasilan bulanan pekerja dengan pendidikan tinggi (strata 1 dan 2) adalah Rp12,5 juta, sedangkan rata-rata penghasilan bulanan pekerja dengan pendidikan rendah (strata 1 dan 2) adalah Rp4,5 juta.Â
Jenjang pendidikan tinggi memainkan peran integral dalam membentuk karir dan penghasilan seseorang.
 Pertama-tama, tingkat pendidikan yang tinggi memberikan akses pada peluang karier yang lebih luas dengan menyediakan pengetahuan dan keterampilan yang lebih mendalam, memungkinkan individu untuk menjelajahi berbagai bidang pekerjaan, baik di dalam maupun di luar negeri.Â
Kedua, pendidikan tinggi juga membekali seseorang dengan kesiapan untuk mengemban tanggung jawab yang lebih besar di lingkungan perusahaan. Mereka dapat membuat keputusan yang lebih baik, menyelesaikan masalah yang lebih kompleks, dan efektif mengelola tim yang lebih besar.Â
Ketiga, individu dengan latar belakang pendidikan tinggi cenderung memiliki peluang mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi karena memiliki keterampilan dan pengalaman yang lebih tinggi, sehingga dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan perusahaan.Â
Meskipun ada faktor lain seperti pengalaman, keterampilan, dan jaringan sosial yang turut berperan, secara keseluruhan, pendidikan tinggi merupakan faktor kunci dalam meningkatkan peluang memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan meraih penghasilan yang lebih tinggi.
Kendala klasik yang menghambat untuk menjadi idaman mertua (S2 dan S3)
Kendala utama yang sering dihadapi oleh calon mahasiswa S2 dan S3 adalah biaya studi. Biaya studi di Indonesia, terutama untuk program S2 dan S3 di perguruan tinggi swasta, dapat menjadi hambatan bagi mereka yang berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi. Selain itu, relevansi kurikulum terhadap kebutuhan pekerjaan menjadi pertimbangan krusial. Calon mahasiswa harus memastikan bahwa program studi yang mereka pilih sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang diinginkan, sehingga lulusan dapat lebih mudah memasuki pasar kerja.
Kemudian, ketersediaan program studi yang sesuai dengan minat individu juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan. Calon mahasiswa harus memilih program studi yang sesuai dengan minat dan passion mereka agar dapat menyelesaikan studi dengan lancar. Di samping kendala-kendala tersebut, faktor-faktor lain seperti waktu menjadi pertimbangan penting. Studi S2 dan S3 memakan waktu yang cukup lama, yang dapat menjadi kendala bagi mereka yang sudah bekerja atau memiliki tanggung jawab lain.
Selain itu, lokasi juga bisa menjadi kendala, karena beberapa program studi S2 dan S3 hanya tersedia di kota-kota besar. Hal ini mungkin menjadi hambatan bagi calon mahasiswa yang tinggal di daerah terpencil. Dukungan keluarga juga merupakan faktor krusial; calon mahasiswa perlu memastikan bahwa mereka mendapatkan dukungan penuh, baik secara moril maupun materil, untuk menyelesaikan studi dengan sukses.
Untuk mengatasi kendala-kendala ini, calon mahasiswa dapat mencari beasiswa sebagai solusi untuk meringankan beban biaya studi. Selain itu, pemilihan program studi yang relevan dengan kebutuhan pekerjaan dan sesuai dengan minat individu merupakan langkah penting. Persiapan yang matang, baik secara akademis maupun non-akademis, sebelum memulai studi S2 dan S3, juga dapat membantu calon mahasiswa menghadapi tantangan dengan lebih siap.
Penutup aja 'Deh'
Untuk mereka yang sedang menempuh pendidikan tingkat lanjut, baik dalam program S2 maupun S3, disarankan untuk mengarahkan fokus pada pengembangan karir sejalan dengan eksplorasi dalam dunia akademis. Pertahankan semangat dan ingatlah bahwa reputasi dan masa depan Anda berada di tangan Anda sendiri. Pada setiap langkahnya, pertimbangkan konsekuensi-konsekuensi esok hari dan pertanggungjawaban terhadap berbagai aspek kehidupan.
Sebagai individu yang tengah membangun karir dan reputasi, perhatikanlah aspek-aspek yang dapat memberikan kebanggaan tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi lingkungan terdekat, termasuk keluarga dan calon mertua. Perlu diingat bahwa kesuksesan tidak hanya diukur dari pencapaian akademis semata, tetapi juga dari integritas, etika, dan kontribusi positif terhadap masyarakat.
Adapun dalam menghadapi permasalahan pribadi, bijaklah dalam menyikapinya. Hindari mengingat-ingat masalah dengan penuh kebencian atau rasa tidak puas hati. Sebaliknya, gunakan pengalaman tersebut sebagai pembelajaran untuk tumbuh dan berkembang. Ingatlah bahwa setiap tindakan dan kata-kata memiliki dampak pada citra diri dan hubungan interpersonal.
Dengan demikian, mari jadikan perjalanan pendidikan dan karir sebagai peluang untuk membentuk karakter dan memberikan dampak positif bagi diri sendiri dan sekitar. Tetaplah berkomitmen pada standar etika dan profesionalisme, serta berusaha untuk mencapai kesuksesan yang berkelanjutan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI