Pada akhir tahun 2022 lalu, tepatnya 27 Desember 2022, Presiden RI Joko Widodo dalam sebuah kunjungan kerjanya ke sebuah pasar di Subang, Jawa Barat, dengan asyiknya memainkan Latto-latto (masyarakat Jawa Barat lebih akrab menyebutnya dengan permainan Nok-nok) bersama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.Â
Permainan yang ditandai oleh benturan dua bandul bola yang mengeluarkan bunyi. Momentum tersebut menjadi semacam penegas bahwa sekelas Presiden pun tak mau ketinggalan dengan permainan yang sedang digemari ini.
Di mata masyarakat Subang khususnya dan masyarakat Indonesia keseluruhan, Latto-latto yang dimainkan oleh Presiden RI Joko Widodo tampak menjadi hal yang biasa dan lumrah, nir makna, tak ada muatan apapun dan dianggap sebagai hiburan pengisi jeda di sela kunjungan kerja saja.Â
Kalaupun ada makna di dalamnya, itu hanya sebatas bahwa Presiden tak mau ketinggalan zaman dengan hal-hal yang sedang menjadi kegemaran rakyatnya.
Benturan Latto-latto dalam Hermeneutika Kecurigaan
Hermeneutika pada awal abad pertengahan merupakan bidang kajian ilmu penafsiran yang berkaitan dengan teks (kitab suci).Â
Pada perkembangannya, kajian hermeneutika (kontemporer) tidak terbatas pada teks secara umumnya berupa tulisan. Lebih luas lagi, ia dapat berupa simbol, mitos, perilaku manusia dan yang lainnya.
Pun, ketika Presiden RI Joko Widodo memainkan latto-latto di sela kunjungannya ke Subang, ia dapat kita maknai sebagai teks.Â
Teks yang tentu saja tidak statis dan tidak berdiri sendiri, akan tetapi syarat dinamika dan dibutuhkan interpretasi-interpretasi yang didasarkan pada (makna) kepentingan yang tersirat.Â
Menjelang dilaksanakannya Pemilu tahun 2024, latto-latto yang dimainkan Presiden seolah menjadi semacam peluit dimulainya pertarungan politik.Â