Mohon tunggu...
Hiam
Hiam Mohon Tunggu... -

berbagi cerita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Part 1. Mengenal dan Mendalami Anak Jalanan

21 Agustus 2014   21:12 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:56 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebut saja namanya jengkol, pertama kali bertamu dengannya, kondisinya seperti anak-anak jalanan yang hidup dan bekerja di jalan, anak-anak punk, yang bukan hanya fashion tapi juga street punk, selalu beraktifitas di jalan dan berkumpul bersama teman-temannya.

Baju lusuh, celana kotor, rambut acak, tindik di bibir, lidah, badan yang jarang tersentuh oleh air, itulah sedikit gambaran yang terlihat dari luar.

Bersama temannya yang lebih dulu bergabung dengan rumah singgah, dia datang dan bahkan menginap di rumah singgah, dari pertemuan di jalanan, hubungan selanjutnya dilakukan di rumah singgah, obrolan santaipun mulai terjalin dengan jengkol.

Dengan kondisi kehidupan dijalanan, merokok sudah menjadi kebiasaanya, bahkan saat mengobrol dia sambil merokok, tatapan matanya sayu, seperti kurang tidur, dan kusam nya muka karena terpapar debu jalanan.

Jengkol pun mulai bercerita, dia sebenarnya masih memiliki orangtua yang ada di jakarta, namun semenjak ibu kandungnya meninggal, dan ayahnya menikah lagi, dia merasa mulai tidaknyaman lagi berada dirumah, sekolah yang sempat dienyamnyapun jadi berantakan, dia dropout saat kelas 1 sma, memilih hidup di jalanan bersama teman-teman yang dia temui di jalanan. Dengan bermodal mengamen dia mencukupi kehidupannya, tempat tinggal tidak pernah dia pikirkan, kolong langit dia sudah anggap rumah, dimanapun dia bisa tidur, sekedar melepas lelah dan kantuk.

Bersama teman-temannya dijalan, dia mengenal minuman keras, berkelahi, tawuran sudah dia rasakan, kerasnya jalanan sudah menjadi teman sehari-hari. Sekali waktu dia main ke bandung, cirebon, dan daerah lainnya hanya bermodal nekat, mencari uang dijalanan dan sampai tujuan diapun mencari makan dengan mengamen.

Sudah tidak ada raut optimisme dari wajahnya untuk kembali ke sekolah, dia sudah merasa nyaman di jalanan, walau sekali waktu dari ceritanya dia juga merasa lelah ada di jalanan. Saat disinggung untuk kembali ke rumah bersama orangtuanya, dia tidak menghendakinya, dia lebih memilih tinggal di jalanan bersama teman-teman dan paling maksimal saat didorong menjadi lebih baik dia mengiyakan untuk sesekali menginap di rumah singgah.

Baik di rumah singgah maupun dijalanan saya bertemu dan mengikuti aktifitasnya, kemudian mengeal teman-temannya, sedikit demi sedikit dalam setiap kesempatan berbicara dan berbincang mendorong perubahan perilakuknya, dengan melibatkannya dalam kegiatan olahraga, kegiatan kebersihan dirumah singgah, walau memang belum bisa menghentikan kebiasaannya hidup di jalanan, namun sudah sedikit demi sedikit terus didorong perubahan perilaku ke arah lebih positif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun