Mohon tunggu...
Arif Hidayat
Arif Hidayat Mohon Tunggu... -

Seorang WNI yang berusaha mendapatan kembali kebanggaan sebagai orang Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Nature

Listrik Tenaga Surya Harusnya Tidak Mahal

19 Desember 2012   04:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:23 2792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penemuan sel surya pertama kali pada tahun 1839 oleh ilmuwan Perancis Alexandre-Edmond Becqueret (baca Sejarah Photovoltaic) dan terus berkembang menjadi produk komersial hingga dewasa ini. Matahari sebagai sumber energi yang terbarukan dan tak terbatas menjadi bahan baku teknologi sel surya, dimana justru pemanfaatan terbesar oleh negara-negara dengan empat musim. Alasan yang sering muncul adalah faktor harga yang terasa masih mahal dibanding dengan energi konvensional.


Perkembangan harga sel surya sendiri sebenarnya terus menunjukkan tren menurun dimana pada saat ini sudah di bawah 1 US$ per watt. Selain penurunan harga sel surya, juga terjadi efisiensi di konsumsi listrik rumah tangga dengan mulai populernya lampu LED dimana dapat menghemat lebih dari 80 % dibanding lampu konvensional. Efisiensi juga terjadi pada produk lain, seperti televisi LED, laptop, AC dan lain-lain. Penurunan harga sel surya dan efisiensi konsumsi listrik menjadikan energi surya menjadi lebih terjangkau apalagi ditambah dengan semakin mahalnya listrik konvensional.

Sebagai perbandingan nyata kita lakukan kalkulasi untuk pemasangan listrik PLN di Indonesia untuk Rumah Sederhana pada saat sekarang sudah mencapai di sekitar Rp.1.400.000,- dengan daya minimal bervariasi mulai dari 900 watt. Pembayaran konsumsi listrik   per bulan minimal sekitar Rp.75.000,- dengan akumulasi selama 2 tahun menjadi sebesar Rp.1.800.000,-. Waktu 2 tahun adalah masa pakai aki yang digunakan sebagai penyimpan energi sel surya. Jadi total biaya yang dikeluarkan sekitar Rp.3.200.000,-.

Jika dibandingkan dengan investasi energi surya dimana panel surya 100 wp dengan harga pasar 1.5 US$ per watt adalah sekitar Rp.1.500.000,-, solar charger sekitar Rp.250.000,-, aki 40 AH basah sekitar Rp.350.000,-, lampu LED 3 watt jumlah 7 buah sekitar Rp.700.000,-, biaya instalasi Rp.500.000,-, maka jumlah totalnya sekitar Rp.3.300.000,-. Jadi kalau tujuan listrik untuk penerangan dasar, maka investasi tenaga surya tidak lagi bisa dibilang mahal (Untuk pembaca yang ingin mulai mencoba penerapan energi surya bisa klikdi sini).


Indonesia dengan limpahan energi matahari yang berlimpah karena letaknya di sekitar garis katulistiwa seharusnya dapat lebih serius mengembangkan sel surya sebagai energi alternatif, bukan hanya di tempat terpencil tetapi juga di kota-kota besar tempat konsentrasi konsumsi energi matahari. Presiden SBY pernah menghimbau penggunaan energi matahari pada saat menjelang kenaikan harga BBM yang akhirnya tidak jadi dilaksanakan. Himbauan ini ditanggapi dengan skeptis oleh para pelaku ekonomi dan kini sama sekali tak terdengar lagi gaungnya. Atau, mungkin kita harus menunggu hingga krisis energi terjadi dan benar-benar tidak ada pilihan lain lagi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun