Mungkin akan lain cerita jika teknologi telepon genggam pintar telah membumi kala itu. Hasil jepretan langsung dinikmati, tidak perlu meng-afdruk film negatif.
Kami berhenti sejenak di depan Teras Malioboro 2 yang masih tutup. Memandang lokasi itu yang konon mampu menampung ribuan pedagang, saya pun tergelitik juga untuk menerka arah kebijakan penataan kawasan wisata Jalan Malioboro.
Pemerintah daerah melokalisasi para pedagang kaki lima (PKL) di dua tempat yang lebih representatif untuk menggelar dagangan. Saya menyakini pemindahan ini pasti telah melalui kajian yang mendalam dengan mempertimbangkan dinamika penjualan barang atau kuliner untuk setiap pedagang. Harapan yang sebaiknya segera mewujud adalah tempat baru harus lebih ngrejekeni (mendatangkan rejeki) bagi para pedagang.
Dalam kerangka berpikir positif, pemerintah daerah pasti telah memiliki strategi untuk menarik para wisatawan agar tergerak mampir di Teras Malioboro 1 dan 2. Poin-poin potensi yang mampu menggerakkan para pengagum Jogya untuk datang ke Teras Malioboro pastilah sudah ditangan para kreativis handal. Semoga ide-ide kreatif tersebut menjadi sumur inspirasi pengambil kebijakan.
Berbagai acara Teras Malioboro secara serial siap digelar dan akan menampilkan keelokan Malioboro paska tereliminasi kesemrawutannya.
Intinya, para penikmat Yogya yang mengunjungi kedua tempat itu diupayakan agar tidak merasa sia-sia. Setidaknya mereka tetap akan mendapatkan suguhan budaya santun bahkan visualisasi keutamaan adat Jawa-Yogyakarta yang dinampakkan dalam keseharian para pedagang.
Syukur-syukur pada akhirnya para wisatawan yang berkunjung rela berbagi rejeki untuk nglarisi dagangan atau kuliner yang dijajakan. Menepis slentingan, trend pandemi di tempat perbelanjaan: banyak orang berjubel datang, namun tidak ada pemasukan bagi para pedagang.
“Kita sama-sama berusaha menyukseskan program ini tidak hanya PKL, kami juga akan menopang … ,” demikian kata Sri Sultan selaku Gubernur DIY (baca lengkap di Kompas, 26/01/2022)
Dalam guyonan-kere bersama sahabat aseli Yogya, ”Wis pandemi rasah digagas, sing penting gembira, mlaku-mlaku ning Malioboro, atine digawa tentrem awake bakal sehat.” Begitulah ia menyemangati saya yang ketar-ketir karena derasnya hujan informasi Omicron. Apalagi terdengar kabar, sejumlah teman di dua-tiga komunitas perjumpaan yang ada di Bandung mulai terpapar virus tersebut.