Mohon tunggu...
Po El
Po El Mohon Tunggu... -

happy time

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Emang Kenapa Punya Istri Dua?

22 Maret 2013   11:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:24 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dunia ini semakin sempit, bukan dataran dan lautannya yang mereduksi  tetapi kebebasan yang tak kian leluasa lagi. Dulu, ketika aku kecil dunia serasa alam bebas yang tidak ada pembatas. Aku bebas berekspresi, berimajinasi dan bermain.

Namun, semenjak hari ini aku tetapkan bahwa dunia ini benar-benar sempit. Ketika namaku kian menanjak ke atas meninggalkan khalayak ramai. Mereka dengan leluasa melihatku dari bawah. Mereka pun saling berkomentar tentang pakaian yang aku gunakan, sepatu apa yang aku kenakan sehingga bisa memanjat jauh ke atas, bahkan semuanya mereka komentari tanpa henti.

Iri, atau apapun namanya merupakan salah satu penyakit yang menjijikkan. Dengki apalagi, penyakit yang ingin sekali mereka di atas dan orang yang di atas menggatikan mereka di bawah. Hasut, tingkat keparahannya sudah mencapai stadium paling tinggi, dan sangat sukar sekali diobati. Menggrogoti orang sekitar supaya memiliki penyakit seperti dirinya.

Entah kenapa, ketika aku menjalani ajaran agamaku. Mereka yang tadi kuceritakan mulai meneriakiku dari bawah. Mereka kesetanan mencaci maki diriku, membenamkan kehormatanku ke dasar lautan dan menjatuhkan papan namaku ke jurang yang paling dalam. Mereka sontak tidak ingin melihat wajahku lagi di atas. Mereka menurutku pencaci maki yang kelaparan.

Padahal aku sudah menceritakannya. Aku sudah memiliki istri lebih dari satu semenjak dari dulu. Mereka biasa saja memandangku, bahkan mereka mau menjadi temanku. Tetapi aneh, sekarang mereka memusuhiku bukan karena aku beristri lebih dari satu, bukan itu menurutku. Aku tahu mereka sebenarnya iri kepadaku. Aku tahu itu.

Biar bagaimana pun, yang aku kerjakan ini sesuatu yang baik menurutku dan aku percayai. Lalu, ketika mereka makin kencang teriakannya aku akan menoleh ke bawah melihat mulut besar mereka?, Tentu iya!. Aku akan melihat mulut besar mereka karena memang sangat nampak jelas dari atas. Aku tidak akan takut akan lolongan mereka. Yang aku takutkan hanyalah Dia yang diatas memberiku makan dan minum.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun