Guru dan Hati.
Tugas pendidik itu sangatlah berat, oleh sebab itu pendidik diharapkan mampu menggunakan hati bukan nafsu.
Jika seseorang mendidiknya masih dengan nafsu lebih baik evaluasi dini daripada nantinya berimbas pada kesimpulan seorang muridnya.
Apabila masih ditemui seorang pendidik yang masih dikuasai egonya maka hancurlah sebuah proses.
Mengapa demikian???
Menguasai dirinya aja belum mampu, apalagi menguasai orang lain bahkan jadi panutan.
Hal kecil yang dapat merusak keistimewaan seorang pendidik adalah duniawi.
Semua manusia membutuhkan duniawi, namun jika seseorang sudah berani berkonsekuensi jiwa pendidik alangkah lebih baiknya mulai menata hati untuk transfer apapun untuk muridnya. Bukan keegoisan karena uang. Bukan keegoisan karena harta. Bukan kegoisan karena tahta  juga bukan karena penghormatan dari manusia.
Percayalah...
Keikhlasan mendidik berbuah istimewanya murid, berbuah kesimpulan yang jelas dan nyata.
Percayalah...
Kesungguhan hatimu akan membawamu menuju surga-Nya.
Percayalah...
Bukan kehormatan dari manusia yang sempurna, akan tetapi Tuhanlah yang menyatakan itu
Percayalah...
Hasil akhirnya adalah tujuan pendidikan sesungguhnya.
ABW'S
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H