Suatu malam, gerimis mengusir keramaian kota.
Mataku terlelap di meja kerja.
Kepalaku minta izin di beranda.
"Izinkan aku menidurinya"
Tanpa jawaban ia pergi dari beranda
Bersama pelacur berkulit Langsat
Cantik dan seksi ia miliki segalanya
Pakaian rok mini membiarkan pahanya menggilap dengan pantulan cahaya jalan raya.
Kaos ketatnya memberitahukan alam akan lekak-lekuk tubuhnya yang menggoda
Serta separuh dada bagian atasnya terbuka
Menampakkan jelas kehornian belahan dadanya
Setibanya di hotel bertingkat
Mereka lepaskan penat
Di atas ranjang nikmat
Mereka lakukan laknat
Jemarinya mulai piknik dari ujung kaki hingga ke ujung rambut
Kembali turun melalui jalur tengah
Dan sampailah ke tepi curam yang licin
Satu jarinya terpeleset jatuh
Pelacur itu melenguh
"Ah, nikmat"
Sambil menggigit ujung jari centilnya
Rok mini dan kaos ketat itu terlempar ke jendela
Transparan sudah
Disusul kemudian lenguhan pelacur itu semakin panjang
Bak lolongan anjing hutan
"Ah, ah, ah. Sekali lagi"
"Ah, mimpi. Tak ada laknat dalam mimpi"
Kulihat kepalaku lari tunggang-langgang
Meninggalkan celananya bersama pelacur itu
Lalu masuk kamar tanpa ketuk pintu
_kantor Daerah
31 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H