Mohon tunggu...
Ahaz Zahrafandi
Ahaz Zahrafandi Mohon Tunggu... Administrasi - Menulislah

Seorang pria yang lahir pada pemerintahan Soeharto. Dan ia yang ingin merubah hobinya menjadi bakat. Banyak orang yang mengatakannya sebagai pria yang suka bermimpi dan tak mau bangun sebelum mimpi itu terwujud. Entah siapa?

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kepalaku Minta Izin

7 Mei 2019   11:06 Diperbarui: 7 Mei 2019   11:07 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Suatu malam, gerimis mengusir keramaian kota.
Mataku terlelap di meja kerja.
Kepalaku minta izin di beranda.
"Izinkan aku menidurinya"
Tanpa jawaban ia pergi dari beranda
Bersama pelacur berkulit Langsat
Cantik dan seksi ia miliki segalanya
Pakaian rok mini membiarkan pahanya menggilap dengan pantulan cahaya jalan raya.
Kaos ketatnya memberitahukan alam akan lekak-lekuk tubuhnya yang menggoda
Serta separuh dada bagian atasnya terbuka
Menampakkan jelas kehornian belahan dadanya

Setibanya di hotel bertingkat
Mereka lepaskan penat
Di atas ranjang nikmat
Mereka lakukan laknat

Jemarinya mulai piknik dari ujung kaki hingga ke ujung rambut
Kembali turun melalui jalur tengah
Dan sampailah ke tepi curam yang licin
Satu jarinya terpeleset jatuh

Pelacur itu melenguh
"Ah, nikmat"
Sambil menggigit ujung jari centilnya

Rok mini dan kaos ketat itu terlempar ke jendela
Transparan sudah
Disusul kemudian lenguhan pelacur itu semakin panjang
Bak lolongan anjing hutan

"Ah, ah, ah. Sekali lagi"
"Ah, mimpi. Tak ada laknat dalam mimpi"

Kulihat kepalaku lari tunggang-langgang
Meninggalkan celananya bersama pelacur itu
Lalu masuk kamar tanpa ketuk pintu

_kantor Daerah
31 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun