Mohon tunggu...
Ali Al Harkan
Ali Al Harkan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa, aktualisasi, mengejar impian besar. | www.batiksastra.blogspot.com | | www.facebook.com/aharkan | | www.twitter.com/@aharkan |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru, Mengertikah Kami? Mengertilah Kami..

5 Februari 2012   00:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:03 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru. Telah mengertikah kita akan makna sebenarnya dari kata tersebut? Ya, dialah orang yang telah menjadikan kita semua menjadi semua ini, menjadi ini dan itu. Dalam artikel ini, dengan tetap menghormati berbagai definisi guru yang telah diungkapkan ribuan bahkan jutaan orang menurut vesinya masing-masing, guru adalah seseorang yang memiliki jiwa yang penuh dengan keinginan untuk mentransferkan semua ilmu yang dimilikinya kepada orang lain dengan maksud dan tujuan mewariskan ilmu tersebut agar dapat menghasilkan manfaat yang lebih baik dan lebih besar bagi orang lain. Dan dari definisi tersebut, seharusnya kita mampu menyimpulkan setidaknya satu hal. Yakni, dalam praktek pengajarannya, seharusnya niat guru dalam proses mengajar tersebut adalah semata-mata untuk mengamanatkan ilmunya kepada orang lain agar orang tersebut mampu memanfaatkan ilmu tersebut dengan sepenuhnya dan ilmu tersebut pun dapat memiliki nilai fungsi yang lebih realistis dalam berkehidupan (aplikasi nyata). Namun apakah kita sebagai pelaku pendidikan, baik peserta didik maupun tenaga pendidik, telah memainkan peran kita masing-masing secara sesuai? Dalam hal ini yang lebih ditekankan adalah bagaimana kondisi tenaga pendidik yang telah ada di lembaga pendidkan kita, bukan peserta didik yang hampir selalu siap sedia menerima pelajaran dan pengajaran dari guru tersebut. Dan bagaimana pula cara mereka, para guru tersebut, dalam mengajar para peserta didiknya?

Saya sebagai penulis, sekaligus sebagai peserta didik yang selalu mengharapkan para guru kami memberikan ilmunya yang sebanyak-banyaknya pada kami, ingin sekali mengapresiasikan isi hati kami tentang bagaimana teknik pengajaran guru yang kami dambakan. Satu hal terutama adalah tentang bagaimana perasaan kami ketika dalam proses pembelajaran tersebut. Ada kalanya saat-saat ketika kami kurang antusias dalam menerima pelajaran tersebut karena berbagai faktor, namun saat itulah guru sering mengeksploitasi kami dengan berbagai tugas yang memberatkan. Memang, antusias dan minatlah yang menentukan bagaimana kami di kelas, tapi juga harus diperhatikan pula adalah lingkungan kami dan bagaimana pula kami di sekolah dengan segala aturan-aturannya. Dan sebaliknya pula, ada lebih banyak saat-saat di mana kami sangat antusias dan ingin sekali belajar, namun saat itu terkadang malah ada guru yang tak sepenuhnya melaksanakan tugasnya untuk mengajari kami. Bagaimana solusi dari problem ini? Agar kedua antusiasme tersebut dapat bertemu dalam satu waktu sehingga terciptalah kondisi belajar mengajar yang sungguh efektif? Fleksibilitas mungkin adalah solusi yang sesuai, dalam arti kedua pihak peran pendidikan tidak saling memaksakan dirinya dalam perannya masing-masing. Ketika dipraktekkan, kedua pihak akan saling memahami satu sama lain, sehingga dapatlah kiranya tercipta suatu kondisi pembelajaran yang efektif tak hanya bagi peserta didik, namun juga bagi guru itu sendiri. Dari pembahasan singkat di atas, ada satu masalah lain yang tak kalah pentingnya. Yakni kami, siswa yang ingin sekali dididik oleh para guru kami, masih seringkali mendapati guru-guru kami yang dalam praktek pengajarannya tak ingin mengerti tentang bagaimana kami, keinginan kami, dan apa-apa yang lainnya yang seharusnya jika diperhatikan justru akan menciptakan suatu hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain. Ketika diajar, pernah lebih dari satu kali saya mendengar suatu kalimat yang terucap dari guru kami yang berbunyi, “Yang penting saya sudah mengajarkan pada kalian, soal kalian mengerti atau tidak, yaitu terserah kalian sendiri.” Betapa terkejut dan sedihnya kami mendengar kata-kata tersebut, karena niat kami yang tulus untuk menimba ilmu dijawab dengan sebuah sapaan yang serentak menurunkan antusiasme kami terhadap guru tersebut. Pada dasarnya, suatu pemberian pemahaman kepada orang lain seperti yang selalu dilaksanakan oleh para guru tak perlu menggunakan suatu cara yang terlalu rumit. Seperti ketika kita mengatakan ‘ya’ untuk menjawab berbagai pertanyaan, kita dapat memberikan pemahaman kita pada orang lain hanya dalam satu kedipan mata. Hal itu membuktikan bahwa, untuk menyampaikan sebuah pemahaman ilmu tak perlu menggunakan cara-cara yang begitu rumit meskipun banyak digunakan oleh orang lain, sampaikanlah ilmu dengan cara bagaimanapun juga, asalkan sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan yang mendominasinya, meskipun cara tersebut sangatlah sederhana. Kita pun pasti mengharapkan guru yang senantiasa paham dan mengerti akan bagaimana kondisi kita, peserta didiknya, dan menerapkan pemahamannya akan kita tersebut dalam mengajar kita setiap hari, sehingga kita pun senang jika diajar olehnya. Jadi dengarkanlah wahai guru kami, mengertilah kami…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun