Mohon tunggu...
Ali Al Harkan
Ali Al Harkan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa, aktualisasi, mengejar impian besar. | www.batiksastra.blogspot.com | | www.facebook.com/aharkan | | www.twitter.com/@aharkan |

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bumi

5 Februari 2012   00:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:03 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bumi ini diciptakan Bagaimana kau memahaminya Pahami dengan caramu sendiri Karena Yang ingin kusampaikan bukan itu Hanya Bumi ini semakin tidak terjaga Memang banyak orang yang menjaganya Tapi sungguh Lebih banyak orang yang tidak sadar bahwa ia merusaknya Sekarang saatnya berubah Bukan demi siapapun Tapi demi bumi kita bersama Hanya demi bumi ini Jika itu terlaksana Bumi akan tersenyum pada kita Kita pun akan tersenyum bahagia Mari Pertama Kita mengerti bagaimana orang-orang itu kurang menjaga bersama bumi ini Agar kita bisa menegur mereka Satu cerita Untuk ibarat Hampir setiap tahun ajaran baru sekolah Saya menempati ruang kelas yang baru Yang tentu saja kelas itu pernah dibuat Diadakan Bukan ada begitu saja, bukan? Itu artinya diciptakan Sama seperti bumi Dan yang menggunakan bukan hanya saya seorang Ada beberapa Bahkan banyak teman saya lain yang bersama menggunakannya Bahkan setiap tahun selalu berganti yang menempatinya Begitu terus setiap tahun Jika mengasumsikan bahwa saya adalah termasuk golongan orang yang menjaga (hehe) Juga merawat Kelas itu maksudnya Maka selain saya Teman-teman saya Bisa memiliki sikap yang berbeda atau sama dengan saya Ada yang baik Yang senantiasa menjaga dan merawat kelas itu dengan baik setiap harinya Namun ada juga yang yang membuat kelas itu kotor Merusakkan barang-barang Membuat berantakan Mencoret barang-barang Menimbulkan bau yang kurang sedap Juga yang lain Semoga saja alasan mereka karena mereka tidak mengerti Bukannya disengaja Terlebih lagi setiap tahun kelas itu harus diwariskan kepada adik kelas kami Mereka pun sama Ada yang baik Dan tidak sedikit yang kurang baik Begitu seterusnya sampai ada yang sadar bahwa kelas itu kurang layak untuk dihuni Begitu juga dengan bumi ini Manusia yang hidup di atasnya memiliki sikap yang berbeda Begitu banyak yang bersyukur dan baik kepada bumi Namun juga sangat banyak yang kurang ramah pada bumi Dan mereka pun bergantian menghuninya Meskipun sekarang kenyataannya ada lebih banyak manusia daripada seribu tahun lalu Semakin waktu Semua mereka lebih banyak yang kurang ramah pada bumi ini Sampai saat ini telah timbul kesadaran bahwa bumi ini telah sakit Dan apa yang mereka pikirkan kemudian Ada yang bermimpi mereka akan meninggalkan bumi Dan mencari planet lain untuk dihuni Dan merusaknya seperti bumi Jika saya seperti bumi Mungkin saya akan menangis tersedu Maka itu akan terjadi hujan badai Menangis itu lama sekali sampai tubuh saya bergetar Dan itu berarti gempa Namun manusia tetap tidak mengerti hingga membuat saya marah Itu berarti badai penuh halilintar Dan jika semua tetap seperti ini semua akan membuat saya mati Jadi itu hari kiamat Masihkah kita tidak ingin membuat bumi tersenyum?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun