"Oh, iya. Iya iya," jawab Bulan bingung.
"Kamu pasti lelah, sekarang gantian aku yang berjaga. Silahkan kau beristirahat."
Bulan hanya mengangguk, dan pergi ke belakang Bumi ke tempat ia biasa beristirahat. Namun ia tidak sungguh-sungguh beristirahat, ia hanya berpura-pura, menunggu tengah hari apakah benar Bumi akan pergi meninggalkannya dan menuju Matahari. Beberapa waktu pun berlalu, dan tengah hari pun tiba. Matahari memancarkan cahanya yang paling cerah, benar.
Ternyata Bumi merasa silau dengan cahaya Matahari yang begitu terang, terlalu terang malah. Ia tidak tahan dengan panas cahaya yang tidak biasa dari Matahari ini. Kemudian Bumi ingin menegur Matahari agar menghentikan cahayanya yang berlebihan itu. Baru saja Bumi akan bergerak menuju tempat Matahari, ternyata Bulan mengira jalan Bumi itu hendak meninggalkannya selamanya.
Kemudian Bulan bergerak ke depan Bumi. Menghalangi jalan Bumi. Seketika itu juga suasana menjadi gelap gulita. Cahaya Matahari tertutup sepenuhnya oleh badan Bulan yang ingin menghadang Bumi. Apa ini, ternyata telah terjadi gerhana. Sambil menitikkan air mata, Bulan berbicara kepada Bumi.
"Bumi, benarkah ini? Kau akan meninggalkan aku, sahabatmu, untuk pergi bersama Matahari? Jahat sekali kau jika ini benar. Lantas apa yang selama ini membuat kita selalu bersahabat? Kau mempercayaiku, dan aku pun tak pernah sekalipun meragukanmu. Apakah semuanya akan berakhir di sini? Hanya gara-gara orang ketiga? Matahari itu?"
"Apa maksudmu?" Bumi sungguh tidak mengerti.
"Kau akan meninggalkanku bukan? Kemarin malam Matahari itu telah menceritakannya kepadaku. Kau akan melanjutkan perjalananmu dengan Matahari itu, dan meniggalkanku seorang diri. Aku memang tak sehebat Matahari itu. Tapi aku telah berusaha sebaik mungkin untuk menjadi sahabatmu yang terbaik. Percayalah padaku. Ijinkan aku tetap menjadi sahabatmu, tetap bersamamu dan menemanimu dalam melanjutkan perjalanan ini. Bukankah kita pernah berjanji? Sudah lupakah kau?"
Akhirnya Bumi mengerti, bahwa itu adalah kebohongan Matahari yang disampaikan pada Bulan untuk menghancurkan persahabatan mereka. Ia menceritakan semuanya kepada Bulan apa sebenarnya yang ia bicarakan dengan Matahari berhari-hari sebelumnya, bahwa Matahari telah membujuknya untuk pergi bersamanya dan meninggalkan Bulan, namun ia menolaknya, demi persahabatannya yang telah mereka bina sejak lama. Sedikit demi sedikit, Bulan pun percaya, dan perlahan air matanya pun ia hentikan.
Kemudian Bumi mengakhiri, "Bulan, aku tahu kita memang saling mempercayai, sejak dulu, sekarang, bahkan sampai kapan pun, aku akan tetap percaya kepadamu, sahabat. Dan kau pun demikian, sungguh percaya kepadaku. Aku tahu itu. Maka dari itu, percayalah bahwa sehebat apa pun Matahari itu dibandingkan dengan kita, tidak akan lebih hebat daripada persahabatn ini yang telah kita miliki bahkan sebelum kita mengenal dia."
Bulan mengangguk, berjalan ke arah Bumi, sehingga gerhana pun berhenti, langit kembali cerah, seperti persahabatan mereka, dan ia pun memeluk Bumi. Saling terharu pada apa yang telah mereka lalui, bahwa mereka telah berhasil melalui cobaan persahabatan ini bersama-sama. Dengan kunci, kepercayaan dan nilai persahabatan, yang bahkan dapat mengalahkan betapa hebatnya Matahari.