"Bukan apa-apa, ayo kita teruskan permainan kita tadi, sampai mana? hehe," jawab Bumi menghibur, menghindari pertanyaan Bulan.
Mereka, Bumi dan Bulan, pun tetap bersahabat di hari-hari berikutnya. Tapi Bumi tidak tahu bahwa Matahari menaruh dendam pada mereka. Matahari merencanakan, untuk tetap menjauhkan Bulan dari Bumi. Matahari risih dengan senyum yang selalu Bulan dan Bumi sunggingkan di antara mereka dan dirinya. Kemudian suatu saat yang ditunggu-tunggu Matahari tiba, ia bermaksud untuk menjauhkan Bulan dari Bumi.
Ketika Bumi beristirahat di malam hari, dan Bulan terjaga menyinarinya, Matahari mendatangi Bulan tanpa sepengetahuan Bumi dan mulai memberitahunya kebohongan. "Hei Bulan, tidak tahukah kau apa yang aku bicarakan dengan Bumi beberapa hari yang lalu?" Matahari mulai berbohong. "Apakah Bumi belum juga memberitahumu?"
"Apa maksudmu?" Bulan heran tidak mengerti. "Dia bilang kau tidak membicarakan hal penting."
"Hahahaha.. Kau dibohongi dia. Dia bilang begitu karena dia tidak ingin kau tahu bahwa dia akan memutuskan persahabatannya denganmu, persahabatan kalian!"
"Kau yang bohong!" Bulan mulai marah tidak percaya. "Bumi tidak mungkin seperti itu kepadaku. Ia sahabatku, kami adalah sahabat sejati. Kau tahu itu!"
"Tapi ini buktinya. Ia bersedia hendak melanjutkan perjalanannya bersamaku dan meninggalkanmu. Ia mengakui bahwa aku lebih besar darimu, lebih bisa menjaganya daripadamu. Aku bahkan memiliki cahaya sendiri, tidak seperti kau yang redup, sehingga ia tidak perlu bersusah-susah lagi mengumpulkan cahaya dalam perjalanannya. Kau tahu?"
"Tidak mungkin!" Bulan membentak.
"Mungkin saja. Aku lebih dalam segalanya daripadamu. Kau hanya menyusahkan Bumi dalam perjalanannya. Terserah kau saja percaya atau tidak. Besok siang aku akan memancarkan cahayaku yang paling terang dan mengajak Bumi pergi, sementara kau tidur!" Matahari meninggalkan Bulan dengan tawa ringan, sementara Bulan sangat merasa bingung tidak percaya pada apa yang didengarnya.
Semalaman itu Bulan berpikir, tidak seceria biasanya menjaga malam Bumi. Ia bingung memandang wajah Bumi di sampingya, bagaimana mungkin Bulan yang telah menjadi sahabat Bumi sejak lahir itu akan ditinggalkan begitu saja demi Matahari yang bahak tidak pernah memiliki teman? Ia sungguh tidak percaya, dan malam pun serasa berlalu lebih cepat. Tiba-tiba Bumi terbangun di pagi hari.
"Hai Bulan! Mimpi indah seperti biasa," sapa Bumi riang kepada Bulan