Kita belum pernah tahu bukan alasan kenapa Bulan selalu mengitari Bumi? Itu karena mereka bersahabat. Ya, Bumi dan Bulan adalah sahabat sejati. Ke manapun Bumi pergi, Bulan tetap setia menemaninya. Begitu pula dengan Bumi, selalu memberikan semangat pada perjalanan petualangan mereka di ruang angkasa. Mereka berdua saling melengkapi, bergantian dalam berbagi cahaya Matahari. Siang hari Bumi melindungi Bulan yang beristirahat, sementara ia bekerja mengumpulkan cahaya Matahari. Dan ketika malam tiba, Bumi beristirahat sementara Bulan menyinari Bumi agar terjaga dalam cahaya.
Matahari, yang mengetahui persahabatan Bumi dan Bulan, iri terhadap persahabatan mereka berdua. Ia berpikir, enak sekali mereka memunguti cahayaku ini sementara aku diam di sini tidak memiliki teman. Kemudian ia merencanakan untuk memisahkan persahabatan mereka berdua, dan akan mengajak Bumi untuk menjadi temannya menjelajahi ruang angkasa dan meninggalkan Bulan.
Suatu ketika Bulan dan Bumi sedang asyik bercerita, kemudian Matahari menyeru Bumi untuk mendatanginya, "Hei Bumi! Kemarilah, aku mau bicara sebentar denganmu!" Bumi pun mendatangi Matahari dengan perasaan penasaran,
"Ada apa Matahari? Tumben sekali kau memanggilku, padahal biasanya kusapa pun engkau enggan menyahut?" tanya Bumi kepada Matahari.
"Ah, itu kan biasanya", jawab Matahari, "Sekarang aku sudah berubah, aku ingin punya teman seperti kau dengan Bulan. Bagaimana kalau kau meneruskan perjalananmu bersamaku saja? Aku lebih besar dari Bulan, lebih bisa menjagamu. Aku pun punya sinar sendiri, tak usah kau memungut-mungut sinarku lagi seperti biasa. Kau cukup berjalan bersamaku, dan kita tinggalkan Bulan."
Bumi tidak mengerti apa yang dibicarakan Matahari, "Apa maksudmu? Aku tidak bisa meninggalkan Bulan! Ia sahabatku dari kecil, bahkan sejak lahir. Mana mungkin ia kutinggalkan begitu saja?"
"Tapi aku lebih hebat dari dia," sahut Matahari
"Tetap saja, ia sahabat sejatiku, aku tidak mau dan tidak akan meninggalkannya. Kalau kau mau memiliki teman, aku mau menjadikanmu teman bersama Bulan. Mungkin bertiga lebih baik," jawab Bumi.
"Ayolah," pinta Matahari memaksa, "Aku tidak suka dengan Bulan. Ia kecil, pengekor, dan redup, bahkan tidak punya cahaya," seketika itu Matahari menghentikan ucapannya karena sadar bahwa ia juga telah menghina Bumi.
"Baiklah," kata Bumi ingin mengakhiri, "aku memang kerdil, membuntutimu, bahkan redup tanpa cahaya darimu yang kupungut. Ternyata kau Matahari yang jahat!" Dengan kesal Bumi meninggalkan Matahari dan kembali untuk bermain dengan Bulan.
"Apa yang ingin dibicarakan Matahari denganmu, Bumi? Tidak biasanya ia begitu," tanya Bulan ketika Bumi kembali.