Mohon tunggu...
Agastya Harjunadhi
Agastya Harjunadhi Mohon Tunggu... -

sederhana

Selanjutnya

Tutup

Politik

Surat Terbuka untuk JK, Terkait Insiden Tolikara

19 Juli 2015   20:24 Diperbarui: 19 Juli 2015   20:24 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak JK,

Ternyata benar. Setelah kami teliti oleh rekan dakwah seperjuangan kami, dan juga telah kami konfirmasi kepada tokoh dai di Papua, kerusuhan tersebut adalah buah dari provokasi sistematik dan terencana. Telah diadakan pertemuan rahasia di hutan oleh segenap misionaris dari Ambon, Maluku, dan lainnya yang hasilnya adalah instruksi pelarangan shalat ied kepada umat islam di wilayah Tolikara. Kami kira Pimpinan GIDI juga terlibat terbukti dengan adanya surat edaran tertembus kepada Bupati Kabupaten Tolikara, Ketua DPRD Kabupaten Tolikara, Polres Tolikara, Danramil Tolikara. Dari sini kami merasa lebih sakit nan teriris-iris di mana praktik intoleran tak mampu dibendung padahal tertembuskan informasi kejahatan tersebut kepada pihak-pihak yang secara konstitusi seharusnya mampu menjaga kerukunan antar umat beragama.

Kami menuntut agar seluruh pelaku dan oknum-oknum yang terlibat dalam insiden ini ditangkap dan diberikan hukuman yang adil. Kami juga meminta kepada Menteri agama untuk mengganti Kepala Kanwil Departemen Agama Propinsi Papua yang ada di wilayah bagian Papua karena itu bagian dari kejahatan yang tidak mampu mereka cegah.

Pak JK yang kami rindu ketangkasannya dari dulu,

Ada sebuah kisah, terjadi ketika masa Nabi Ibrahim as. Seekor burung pipit dengan susah payah menyimpan air di paruhnya, ketika sang Raja Namrud dengan gagah nan angkuhnya sedang membakar Ibrahim as.  Semua heran dan dalam suatu riwayat diceritakan adalah malaikat bertanya “Wahai burung pipit, untuk apa kamu membawa butiran air kecil itu? Tidak akan ada gunanya dibandingkan dengan api Namrud yang membakar Nabi Ibrahim as”. Lalu dengan penuh tangkas nan tenang serta jernih sang semut itu menjawab “Memang air ini tak akan bisa memadamkan api itu. Tapi dengan ini paling tidak semua tahu bahwa aku di pihak yang mana. Dan inilah hal terbaik yang bisa aku lakukan”.

Pak JK, bapak kami,
Teringat nasihat Dai Salim A Fillah kepada bapak beberapa bulan yang lalu, betapa kami, kaum muslimin negeri ini, amat berharap Pak JK punya peran yang lebih besar, punya sikap yang lebih jelas, punya tindakan yang lebih gesit. Latar belakang Pak JK yang dari HMI, dari NU, dan dari Dewan Masjid. Harapan bahwa kaum muslimin Indonesia akan tetap memiliki seorang “Bapak” dalam segala makna yang dikandung oleh kata itu bersiponggang dalam hati.

Ketika kerusuhan itu terjadi, masyarakat membutuhkan jawaban dan sikap dari seorang bapak, seorang pemimpin yang mengayomi dan menenangkan. Betapapun kami telah tahu menurut bapak adalah sebuah speaker menjadi penyebab kerusuhan itu, tapi kami tak tahu apakah bapak telah sempat meninjau lokasi? Masjid dan bangunan kios yang sudah terbakar menjadi debu. Kami membutuhkan keberpihakan bapak yang memiliki otoritas lebih besar, sebagai seorang muslim, mukmin, seperti La Ma’daremmeng, Raja Bone XIII, sebelum masa kepemimpinan Sultan Hassanuddin, semoga Allah menyayanginya, yang kala itu rela harus berhadapan dengan kekuatan sebesar Gowa-Tallo demi keyakinannya untuk menegakkan kalimat Allah dan sunnah RasulNya.

Bapak,
Kini muslim di sana tidak lagi merasa aman, nyaman dan tentram dalam beribadah. Mereka membutuhkan keberpihakan kita dalam bahu membahu membantu membangun kembali apa yang telah dirusak. Kami menggugah kepada segenap muslim nusantara, juga kepada Pak JK untuk berpihak dan peduli. Muslim di sana membutuhkan uluran tangan kita untuk meneguhkan hati, mengeratkan ukhuwah Islamiah, bukan opini dan pernyataan-pernyataan yang memanas. Muslim di sana butuh kita untuk turun tangan menguatkan cahaya Islam di Negeri Nuu War (Papua). Muslim di sana butuh pemimpin Negara yang adil dan terdepan menegakkan hukum kebenaran. Semua ini demi mengokohnya persatuan bangsa, menerapkan asas Bhineka Tunggal Ika, menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menegakkan nilai-nilai luhur PANCASILA.

Salam hormat dari kami,
Agastya Harjunadhi | @agastyaharjuna
Presiden Aliansi Pemuda Islam Indonesia.
Kendal, 19 Juli 2015.

sumber: https://agastya.wordpress.com/2015/07/19/surat-terbuka-untuk-pak-jk/

telah dimuat di beberapa situs media mainstream islam. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun