Apakah kita sering bermaksiat dan menunda-nunda taubat?
Apakah kita sering berkeluh kesah dalam menghadapi masalah?
Apakah kita sering merasa malas dalam beribadah?
Kalau jawaban dari pertanyaan tadi adalah "ya", maka itu menunjukkan bahwa kita jarang mengingat mati.
Imam Ad-Daqqaq berkata:
: .
"Siapa yang banyak mengingat mati maka akan dianugerahi 3 perkara mulia: Segera bertaubat, hati yang merasa cukup, dan giat dalam beribadah." (At-Tadzkirah bi Ahwal Al-Mautaa wa Umur Al-Akhirah)
Siapa yang banyak mengingat mati, maka ia akan segera bertobat, hatinya akan merasa cukup terhadap rezeki yang Allah berikan, dan ia akan giat dalam beribadah. Berarti....
Siapa yang jarang mengingat mati, maka ia akan menunda-nunda taubat, selalu berkeluh kesah, dan malas dalam beribadah.
Kematian merupakan musibah besar. Namun, jarang mengingat mati adalah musibah yang lebih besar lagi daripada kematian itu sendiri.
Imam Al-Qurthubi berkata:
:
"Para ulama kita berkata bahwa yang lebih dahsyat daripada kematian adalah lalai terhadap kematian, tidak mau mengingat mati, dan jarang berpikir tentang kematian, serta tidak mempersiapkan diri menghadapi kematian." (At-Tadzkirah bi Ahwal Al-Mautaa wa Umur Al-Akhirah)
Ya, lalai dari mengingat mati, atau sedikit mengingat mati, atau bahkan tidak mau mengingat mati, itu lebih parah dan lebih berbahaya lagi daripada mati itu sendiri.
Maka, camkanlah sabda Nabi :
"Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan yaitu kematian." (HR. Ibnu Majah)
Siberut, 25 Ramadhan 1443
Abu Yahya Adiya
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI