Apa yang kita pilih?
Apakah kita mengharapkan kebaikan untuk orang lain atau mengharapkan kebaikan dari orang lain?
Apakah kedua-duanya sama?
Tentu saja tidak!
Mengharapkan kebaikan untuk orang lain itu akan membuat kita bahagia dan mulia. Sedangkan mengharapkan kebaikan dari orang lain itu akan membuat kita sengsara dan hina.
Mengharapkan Kebaikan Untuk Orang Lain
Ibnu 'Abbas berkata:
.
"Sesungguhnya aku melewati suatu ayat dalam Al-Quran lalu aku memahaminya. Maka, aku pun berharap seluruh orang memahaminya seperti halnya aku memahaminya." (Fathul Bari Syarh Shahih Al-Bukhari)
Imam Asy-Syafi'i berkata:
.
"Aku berharap orang-orang mempelajari ilmu dan tidak menyandarkan sedikit pun itu kepadaku." (Fathul Bari Syarh Shahih Al-Bukhari)
Apa pelajaran yang mereka tunjukkan?
Itulah yang namanya mengharapkan kebaikan untuk orang lain.
Yakni, engkau berharap saudaramu bahagia, sebagaimana engkau sendiri berharap kalau dirimu bahagia.
Engkau berharap saudaramu tidak berduka, sebagaimana engkau sendiri berharap kalau dirimu tidak berduka.
Dan di antara sikap yang menunjukkan perilaku mengharapkan kebaikan untuk orang lain yaitu nasehat.
Siapa yang menasehati orang yang melakukan kesalahan, maka sebenarnya ia mengharapkan kebaikan untuknya.
Makin maksimal ia dalam menasehatinya, berarti ia makin mengharapkan kebaikan untuknya.
Imam Ibnu Hibban berkata:
"Sebaik-baik teman adalah yang paling maksimal dalam memberi nasihat, sebagaimana sebaik-baik amalan adalah yang paling terpuji hasilnya dan paling bagus ketulusannya.
Dan pukulan dari orang yang menasihati itu lebih baik daripada penghormatan orang yang benci." (Raudhah Al-'Uqala wa Nuzhah Al-Fudhala)
Mengharapkan Kebaikan Dari Orang Lain
Nabi bersabda:
"Berputus asalah dari apa yang ada di tangan manusia, niscaya engkau kaya." (HR. Ath-Thabrani)
Dan Nabi bersabda:
"Zuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia, niscaya engkau akan dicintai manusia." (HR. Ibnu Majah)
Apa yang dimaksud dengan zuhud terhadap apa yang dimiliki manusia?
Artinya:
"Engkau tidak mengharapkan apa yang ada di tangan mereka." (Syarh Al-Arba'in An-Nawawiyyah)
Lihatlah pesan Nabi : "Berputus asalah dari apa yang ada di tangan manusia" dan  "Zuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia".
Berputus asalah dari jabatan orang lain. Jangan mengharapkan kedudukan di tengah-tengah mereka!
Berputus asalah dari harta orang lain. Jangan mengharapkan kekayaan yang ada di tangan mereka!
Berputus asalah dari penghargaan orang lain. Jangan mengharapkan penghormatan dari mereka!
Berputus asalah dari semua itu dan jangan mengharapkan semua itu dari mereka!
Itulah zuhudmu terhadap apa yang ada di tangan mereka.
Kalau engkau melakukan itu, niscaya engkau kaya dan mulia!
Sebaliknya, kalau engkau selalu mengharapkan kedudukan, kekayaan, atau penghormatan dari manusia, niscaya engkau miskin dan hina!
Imam Al-Hasan Al-Bashri berkata:
"Seseorang akan senantiasa mulia di hadapan orang-orang, selama ia tidak mengharapkan dinar mereka. Jika ia sampai melakukan demikian, maka mereka pun akan menganggap remeh dirinya, tidak menyukai perkataannya, dan membencinya." (Mausu'ah Al-Akhlak Al-Islamiyyah)
Selama engkau masih mengharap, mengejar, dan meminta apa yang ada di tangan manusia, engkau akan selalu rendah dan hina!
Siberut, 19 Ramadhan 1443
Abu Yahya Adiya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H