Mohon tunggu...
Abu Yahya Adiya
Abu Yahya Adiya Mohon Tunggu... Guru - wiraswasta

berbagi ilmu dan berbagi faidah http://www.aboeyahya.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nilai Jabatan dan Kekayaan di Saat Kematian

14 Mei 2023   06:24 Diperbarui: 14 Mei 2023   06:31 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika nafas seseorang mulai terputus-putus, detak jantungnya tidak beraturan, dan badannya mulai terasa dingin dan kaku, sadarlah ia bahwa ternyata harta yang selama ini ia kumpulkan tidak bermanfaat lagi baginya. Jabatan yang selama ini ia kejar ternyata tidak berguna lagi baginya.

Keluarganya menangisinya. Namun sayangnya, mereka tidak bisa lagi menyertainya.

Sanak kerabat dan sahabat-sahabatnya ikut meratapinya. Namun sayangnya, mereka tidak bisa lagi menemaninya.

Ketika itulah ia insaf akan pentingnya amal saleh.

Ketika itulah ia sadar betapa hinanya maksiat.

Ketika itulah ia sadar betapa rendahnya dunia.

Pernahkah peristiwa itu terbayang di benak kita?

Bayangkanlah itu, niscaya terasa remehlah dunia!

Khalifah 'Umar bin 'Abdul 'Aziz menulis surat kepada seseorang. Isinya:

,

"Amma bakdu, sesungguhnya siapa yang sering mengingat mati, niscaya ia rela dengan sedikit kenikmatan dunia." (Siyar A'lam An-Nubala)

Ya, siapa yang sadar bahwa kematian selalu mengintai, niscaya ia tidak menjadi sosok yang rakus harta.

Siapa yang sadar bahwa hidup di dunia adalah sementara, niscaya ia merasa puas dengan sedikit kenikmatan dunia.

Ia tidak bangga dengan kekayaan yang ia miliki. Ia tidak besar hati karena jabatan yang ia tempati.

Ia tidak bersedih karena sesuatu yang tidak ia miliki. Dan ia tidak berduka karena sesuatu yang tidak ia punya.

Imam Al-Hasan Al-Bashri menggambarkan sifat para sahabat Nabi :

"Aku mendapati suatu kaum yang tidak bergembira karena mendapatkan sesuatu dari dunia dan tidak bersedih karena dunia yang luput dari mereka." (Az-Zuhd)

Karena itu, pecinta akhirat akan selalu merasa kaya, walaupun sedikit hartanya. Sedangkan pecinta dunia, akan selalu merasa miskin, walaupun banyak hartanya.

Nabi bersabda:

"Siapa yang menjadikan dunia sebagai ambisinya, maka Allah akan menceraiberaikan urusannya, dan Allah akan menjadikan kemiskinan di depan matanya. Tidaklah ia mendapatkan dunia kecuali apa yang telah ditetapkan baginya.

Dan siapa yang menjadikan akhirat sebagai niatnya, maka Allah akan menyatukan urusannya dan memberikan kekayaan di hatinya. Dan dunia akan datang kepadanya dalam keadaan terpaksa." (HR. Ibnu Majah)

Maka, jangan jadikan dunia segala-galanya. Jangan jadikan dunia yang pertama dan utama. Akhiratlah yang pertama dan utama.

Allah berfirman:

"Hai manusia, sesungguhnya janji Allah itu  benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kalian." (QS. Fathir: 5)

Siberut, 14 Ramadhan 1443

Abu Yahya Adiya

http://www.aboeyahya.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun