Akibat Maksiat

Suatu hari Muhammad bin Sirin merasa gundah. Ia pun berkata:

.

"Sungguh aku sadar kalau kegundahan yang kurasakan ini karena dosa yang kulakukan pada empat puluh tahun yang lalu!" (Az-Zuhd)

Gundah adalah buah dari dosa. Resah adalah akibat dari maksiat.

 

Jika seorang berbuat dosa, maka ia akan menuai buahnya, baik cepat maupun lambat.

 

Dan kalau seseorang berbuat maksiat lalu tidak segera bertaubat, maka ia akan menanggung akibatnya.

 

Ya, menanggung akibatnya. Semulia apa pun ia dan sealim apa pun ia, walaupun ia tokoh masyarakat, dan walaupun ia seorang ulama umat.

 

Imam Adz-Dzahabi berkata:

 (( ))

"Berapa banyak orang yang mengucapkan kebenaran, dan memerintahkan kebaikan, tapi Allah membiarkan orang untuk menyakitinya, dikarenakan rusaknya tujuannya, dan cintanya kepada kepemimpinan dalam agama. Inilah penyakit tersembunyi yang masuk ke jiwa para fukaha." (Siyar A'lam An-Nubala) 

Bukan cuma itu, dosa yang  dilakukan seseorang, sedikit maupun banyak, besar maupun kecil, pasti akan tampak akibatnya, baik pada dirinya maupun orang terdekat dengannya.

 

Fudhail bin Iyadh berkata:  

.

"Sungguh aku pernah bermaksiat pada Allah, maka aku pun melihat pengaruhnya pada tungganganku dan istriku." (Hilyatul Aulia wa Thabaqatul Ashfiya)

Maka, kalau hewan tungganganmu menjadi liar, pasangan hidupmu menjadi kasar, dan temanmu menjadi kurang ajar, maka hendaknya engkau sadar, apakah tindak-tindakmu selama ini sudah benar?

Lihatlah dirimu. Tengoklah hatimu.

Apakah engkau telah mendurhakai Tuhanmu?

 

Apakah engkau telah melanggar larangan Tuhanmu?

Apakah hak-hak-Nya telah kau lalaikan?

 

Apakah hak hamba-hamba-Nya telah kau abaikan?

Siberut, 24 Juli 2016

Abu Yahya Adiya

http://www.aboeyahya.com/