Mohon tunggu...
Ahalla Tsauro
Ahalla Tsauro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar, Penerjemah & Penggemar Sepak Bola

Karena Anda bukan siapa-siapa, maka menulislah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rosneft, Pertamina, dan Kilang Minyak

29 April 2016   10:04 Diperbarui: 23 Februari 2018   18:09 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompetisi tender kilang minyak di Tuban milik Pertamina antara perusahaan minyak terbesar dunia; Rosneft (Rusia), Aramco (Saudi Arabia), Kuwait Petrolium Internasional, JX Nippon Oil & Energy (Jepang) dan Sinopec (Tiongkok) yang dimulai pada akhir Desember 2015 lalu, hampir dipastikan siapa yang akan menang. Ya bisa jadi, Rosneft.

Menarik untuk diikuti ketika Rosneft secara langsung melakukan pendekatan dan cara persuasif dengan Pemerintah Indonesia. Setelah bertemu dengan Menteri ESDM Sudirman Said beberapa waktu yang lalu, kemaren Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto membawa CEO Rosneft, Igor Ivanovich untuk bertemu dengan Menteri BUMN Rini Soemarno.

Mengapa Rosneft?

Rini Soemarno beralasan karena perusahaan asal Rusia ini telah memiliki pengalaman dan keberhasilan dalam pembangunan 11 kilang minyak diberbagai negara. Rosneft juga dikatakan lebih maju dalam perkembangan teknologi. disisi lain, Dirut Pertamina juga menyampaikan keinginannya untuk mengikutsertakan Indonesia dalam proyek pertambangan dan eksplorasi. disini terjadi kesepakatan antara Menteri BUMN dan Dirut Pertamina. sementara itu, Igor Sechin juga memberikan tawaran untuk mengajak Pertamina bergabung dalam proyek pertambangan di Rusia. Selain itu, Rosneft juga menawarkan kerja sama eksplorasi dan pengolahan minyak di Indonesia serta pengembangan sumber daya manusia.

Alasan diatas nampaknya juga didorong oleh masifnya kerjasama dan hubungan Indonesia-Rusia dibidang berbagai bidang, sebut saja militer, perdagangan senjata dll. disisi lain, posisi tawar Indonesia juga diperhitungkan khususnya di ASEAN yang nantinya menjadi koordinator utama kerjasama ASEAN-Rusia pada 2018.

Menarik untuk diikuti kelanjutan kerjasama ini yang nantinya dimulai proyeknya pada 2018. Yang menjadi perhatian selanjutnya adalah bagaimana nasib warga sekitar proyek di Bumi Ronggolawe tersebut, semoga proyek ini tidak lupa untuk memperhatikan aspek kehidupan masyarakat dan lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun