Universitas Diponegoro (UNDIP) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Semarang menjalin kolaborasi untuk mengembangkan kapasitas batik dalam mendukung program "Kota Semarang Tangguh". Kegiatan ini tidak hanya melibatkan pihak akademis, tetapi juga melibatkan Pertamina sebagai mitra strategis.
Ada berbagai jenis kegiatan yang dilaksanakan melalui program Iptek bagi Desa Binaan Undip (IDBU) yang diketuai oleh Ibu Dr. Ir. Artiningsih, MSi dengan latar belakang perencanaan wilayah dan kota, seperti kegiatan pelatihan eco printing, penyusunan katalog eksplorasi motif flora batik, pembuatan poster, hingga pembuatan webGIS untuk membantu masyarakat dan konsumen untuk menemukan lokasi toko batik di Kota Semarang.
Sejak pandemi Covid-19 terjadi peningkatan jumlah pengangguran akibat dari pengurangan pekerja, terutama pekerja industri dan buruh di Kota Semarang. Tingkat pengangguran Kota Semarang sebesar 9,57% yang berada di atas rata-rata Jawa Tengah sebesar 6,48% bahkan sebelum adanya pandemi. UMKM batik sebagai sektor potensial di Kota Semarang memiliki peluang ekonomi baru dan pembuka lapangan kerja bagi perekonomian. Menurut "Strategi Ketahanan Kota Semarang", UMKM batik diarahkan menjadi salah satu sektor pendorong peningkatan ekonomi dan kesempatan kerja di masa mendatang. Pengembangan batik diharapkan mampu merespon tingginya tingkat pengangguran Kota Semarang. Melalui kegiatan pengabdian terkait penguatan kapasitas pengrajin batik di Kota Semarang, diharapkan daya saing dan produksi batik yang berkualitas serta ramah lingkungan dapat tercapai.
Pada tahun pertama pelaksanaan kegiatan IDBU Batik Semarang ini, Tim IDBU memetakan lima kelurahan yang dijadikan sebagai sasaran dalam pelaksanaan IDBU Penguatan Kapasitas Pengrajin Batik Menuju Kota Semarang Tangguh, yaitu Kelurahan Pedalangan, Meteseh, Mijen, Rejomulyo, dan Mangunharjo. Kegiatan IDBU ini meliputi fasilitasi berupa pemanfaatan platform digital difokuskan di Kelurahan Rejomulyo; eksplorasi motif dan penggunaan bahan pewarna alam difokuskan di Kelurahan Rejomulyo, Mijen, dan Maangunharjo; serta piloting IPAL portable difokuskan di Kelurahan Pedalangan dan Meteseh.
Untuk memahami lebih dalam mengenai permasalahan Batik Kota Semarang, pelaksanaan kegiatan ini juga dilaksanakan melalui FGD. Focus Group Discussion (FGD) dilakukan bersama BAPPEDA Kota Semarang, pengrajin batik, dan sejumlah OPD yang meliputi Dinas Perindustrian, Dinas Perdagangan, Dinas PUPR, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang. Pada proses FGD ini, masing-masing pengrajin batik memaparkan kondisi eksisting, kendala yang dialami, dan harapan kepada mitra untuk rencana tindak lanjut di tahun berikutnya. Diketahui, ada tiga isu utama yang dihadapi pengusaha Batik Kota Semarang, yaitu identitas batik, degradasi lingkungan dan digitalisasi. Minimnya penggunaan bahan warna alam sekaligus tidak banyak yang memiliki IPAL menyebabkan pencemaran lingkungan di sekitar hunian, dan lemahnya identitas batik Kota Semarang. Ditambah lagi, di era pesatnya teknologi seperti sekarang, masih banyak pengusaha batik yang belum memaksimalkan peran sosial media dalam pemasaran usahanya. Ada banyak faktor penyebab hal ini terjadi, salah satunya yaitu usia pengusaha batik yang dominan pada usia tua.
Kondisi tersebut yang melatarbelakangi kegiatan-kegiatan yang diusulkan pada program IDBU ini, seperti eksplorasi motif, penyusunan poster, pembuatan IPAL portable dan pembuatan WebGIS untuk memaksimalkan pemasaran. Â Ibu Dr. Ir. Artiningsih, MSi sebagai ketua tim, didukung oleh beberapa anggota dosen lintas bidang yaitu Mada Sophianingrum, S.T., M.T. , Bintang Septiarani, S.T.,M.T. , dan Dr. Dwi Haryanti, S.Kel. M.Sc untuk memaksimalkan keahlian yang saling dimiliki. Kolaborasi UNDIP dan Bappeda Kota Semarang ini menunjukkan bahwa sinergi antara perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan masyarakat dapat menciptakan inovasi yang signifikan dalam pengembangan kapasitas industri lokal. Diharapkan, kegiatan ini bukan hanya memberikan dampak positif dalam dunia batik, tetapi juga menginspirasi kolaborasi serupa di sektor-sektor industri kreatif lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H