Sehingga pengaruhnya cukup jelas, masyarakat islam indonesia yang miskin memahami bahwa kemiskinan yang mereka alami merupakan takdir (ketetapan yang tak bisa diubah) dari Allah. Mereka meyakini bahwa mereka sudah ditetapkan dalam keadaan miskin selamanya, jadi segigih apapun mereka berusaha, ya tetap miskin. Bahkan yang lebih ironis ada juga yang tak mau bekerja, mereka meyakini itu sia-sia saja, karena bagi mereka rezeki itu sudah ditentukan Tuhan dan manusia hanya menunggu saja.
Mungkin sedikit ini yang bisa saya tuliskan dan diskusikan dengan kawan-kawan. Yang menjadi fokus penulis disini adalah pertama,penulis ingin menjernihkan dan memurnikan istilah “Takdir” kembali, mengingat seringnya terjadi pergeseran pemahaman dalam masyarakat, khususnya bagi para mahasiswa yang seharusnya bisa menjadi pelopor dalam mengelola Takdir (Managemen Takdir: Komaruddin hidayat) bagi perkembangan peradaban, sehingga masyarakat memahami akan makna takdir dalam kehidupan mereka.
Seharusnya takdir menjadi motivasi dalam memperjuangkan kehidupan mereka, justru disalah artikan menjadi kepasraah total tanpa adanya Ikhtiar (usaha) untuk merubah keadaan menjadi lebih baik. Kedua,penulis ingin mendorong pembaca untuk memahami pentingnya Ihtiar (usaha) dalam kehidupan ini, karena seperti di jelaskan diatas, bahwa semakin keras dan gigih ihtiar atau usaha kita maka semakin besar peluang kita untuk menuju kesuksesan. Karena Allah tidak merubah keadaan suatu kaun, sehingga mereka mengubah keadaan meraka sendiri.
Wasalam ........ J
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H