Penulis : Agisti Dwi Pratiwi – 213507516025
Reviewer : Fadlan Muzakki
Korea selatan, sebuah negara yang mungkin lebih sering diidentifikasi dengan kemajuan teknologi dan industri, kini memegang peranan penting dalam menjawab tantangan lingkungan global melalui apa yang dikenal sebagai “Revolusi Hijau”. Pada saat ketika isu-isu seperti perubahan iklim dan keberlanjutan menjadi sorotan utama, korea selatan telah mengambil langkah-langkah inovatif untuk memitigasi dampak negatifnya. Korea Selatan adalah negara pertama yang menetapkan Green Growth sebagai kebijakan nasionalnya. Melalui kebijakan ini, korea selatan memiliki keinginan dalam mencari mesin pertumbuhan baru dalam rangka meningkatkan kemandirian negara dan mitigasi perubahan iklim.
Revolusi hijau Korea Selatan bukan hanya tentang menciptakan energi bersih, tetapi juga mengubah pandangan dan perilaku masyarakat terhadap lingkungan. Salah satu pedorong utama revolusi ini adalah komitmen pemerintah Korea Selatan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan keberlanjutan ekonomi. Mengingat industri di Korea Selatan adalah industri dengan intensitas energi yang tinggi.
Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak pada perayaan kemerdekaan Republik Korea Selatan menetapkan Green Growth sebagai kebijakan nasionalnya. Melalui kebijakan ini, Korea Selatan berupaya untuk beralih ke ekonomi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan serta beralih dari sumber energi konvensional ke energi terbarukan. Korea Selatan telah meningkatkan investasi dalam energi surya, angin, dan hidroelektrik. Pada tahun 2020, pemerintah mengumumkan rencana untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan sebanyak 20 gigawatt pada tahun 2030, yang akan mengurangi ketergantungan pada pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Pemerintah juga berusaha mendorong perusahaan-perusahaan Korea Selatan untuk berinvestasi dalam teknologi hijau dan meningkatkan pangsa pasar mereka di pasar teknologi hijau global.
Selain itu dalam rangka merealisasikan kebijakan Green Growth, pemerintah Korea Selatan memberikan intensif besar-besaran untuk mobil listrik, terutama proyek pengembangan mobil hybrid. Pengunaan mobil hybrid akan meningkatkan efisiensi dalam penggunaan bahan bakar fosil. Hyundai-Kia Automotive Group yang merupakan perusahaan mobil asal Korea Selatan berinvestasi sebesar KRW 4,1 Trilliun di dalam proyek-proyek produksi green car. Pengembangan sistem kereta apai berkecepatan tinggi yang ramah lingkungan, juga menjadi bagian integral dari upaya ini.
Tidak hanya itu, sektor bisnis juga terlibat aktif dalam revolusi hijau, banyak perusahaan besar Korea Selatan telah mengadopsi praktik berkelanjutan, mulai dari pengelolaan limbah hingga penggunaan bahan ramah lingkungan dalam proses produksi dengan mengembangkan teknologi hijau seperti smart grid, pengembangan teknologi pembangkit listrik tenaga surya (photovoltaic), dan turbin angin. konsep tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) semakin mendapatkan perhatian, dan perusahaan-perusahaan ini menyadari bahwa keberlanjutan tidak hanya tentang lingkungan, tetapi juga tentang memastikan keberlanjutan ekonomi dan sosial.
Meskipun revolusi hijau Korea Selatan telah mencapai kemajuan yang signifikan, masih ada sejumlah tantangan yang harus diatasi. Salah satunya adalah kebutuhan untuk mengatasi polusi udara yang berasal dari sektor industri yang besar. Pemerintah dan perusahaan perlu bekerja sama untuk mengembangkan teknologi yang lebih bersih dan efisien.
Selain itu, kerjasama regional juga penting. Isu lingkungan tidak mengenal batas negara, dan solusi yang efektif memerlukan kerja sama antarnegara. Korea Selatan dapat berperan sebagai pemimpin dalam mempromosikan kerjasama regional untuk mengatasi tantangan lingkungan bersama. Dengan revolusi hijau ini, Korea Selatan tidak hanya merespon tantangan lingkungan global, tetapi juga membangun fondasi untuk masa depan yang lebih berkelanjutan dan hijau. Semangat inovasi dan komitmen terhadap keberlanjutan telah menempatkan Korea Selatan di peta global sebagai pemimpin dalam perjuangan melawan perubahan iklim dan pemulihan lingkungan.
Artikel ini dibuat sebagai syarat Tugas Mata Kuliah HIK Asia Timur
Nama Mahasiswa : Agisti Dwi Pratiwi
Nomor Mahasiswa: 213507516025
Dosen : Fadlan Muzakki, S.IP., M.Phil., LL.M
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H