Peci, simbol agama atau identitas bangsa?
Meskipun peci sering kali dikaitkan dengan Islam, perkembangan sejarah peci menunjukkan bahwa maknanya tidak terbatas pada satu agama saja. Peci telah mengalami proses pemaknaan ulang yang panjang, dari penutup kepala yang digunakan dalam konteks agama Islam, hingga menjadi simbol kebangsaan yang inklusif. Penggunaan peci oleh Soekarno dan para pemimpin nasional lainnya menjadikannya sebagai simbol identitas bangsa Indonesia yang melampaui sekat-sekat agama, etnis, dan budaya.
Peci telah berhasil menjadi simbol yang diterima oleh semua kalangan di Indonesia, baik dalam konteks religius maupun nasional. Di satu sisi, peci memang memiliki hubungan historis dengan Islam dan masih sering digunakan oleh umat Muslim dalam kegiatan keagamaan. Namun, di sisi lain, peci juga telah diangkat menjadi simbol nasionalisme yang melambangkan persatuan dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.
Dalam konteks Indonesia, peci memiliki makna yang kompleks dan multifaset. Di satu sisi, peci memiliki hubungan erat dengan tradisi Islam, terutama karena penggunaannya yang lazim dalam konteks keagamaan. Namun, di sisi lain, peci juga telah menjadi simbol nasionalisme dan identitas bangsa Indonesia, berkat peran tokoh-tokoh seperti Soekarno yang menjadikannya lambang perjuangan kemerdekaan. Dengan demikian, peci tidak dapat dikategorikan secara eksklusif sebagai simbol agama Islam atau identitas bangsa Indonesia, melainkan mewakili keduanya sekaligus. Peci adalah contoh bagaimana simbol budaya dapat berkembang dan memperoleh makna baru sesuai dengan dinamika sosial dan politik suatu bangsa.
Daftar Referensi
Wicaksono, T. (2010). The Evolution of Peci in Indonesian Nationalism. Journal of Southeast Asian Studies, 41(2), 125-140.
Santosa, E. (2005). Soekarno dan Simbol Nasionalisme Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Rakyat.
Smith, M. (2007). Islam in Indonesia: Modernization and National Identity. Oxford: Oxford University Press.
Yusron, A. (2019). Sejarah dan Filosofi Peci dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta: Pustaka Nasional.
Cindy Adams. (1965). Penyambung Lidah Rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H