Aku menatap kedua bola mata itu, ia pun melakukannya juga, entah kenapa, aku rapuh dalam hal seperti ini, dia menang, harus ku akui dia pandai bermain permainan ini. Aku menunduk, di pegangnya salah satu pundakku, ia berkata "kamu akan lebih kuat lagi." Ya, aku tahu maksud perkataan itu. Ia berlalu ditelan kesunyian malam.
Aku linglung, bingung, sekarang apa? Pukul dua dini hari dan mata ini tak mau lelah menanti, ia berusaha mencari, tapi apa? Kemudian di sebuah meja yang terletak di dalam bilik sempit itu, nampak tiga benda tergeletak, secarik kertas, pena, dan lampu belajar. Seperti paham apa yang terjadi, ketiga benda itu memutuskan untuk berkumpul menjadi satu, menjadi pendengar yang baik, menemani kehampaan pagi, kekosongan hati. Ketiga benda tersebut akan menemaninya sampai kapanpun, mencegah sebuah jiwa kehilangan kesadarannya. Memerangi nelangsa yang dapat muncul kapanpun jua.