Meski banyak yang tahu bahwa bahasa walikan adalah bahasa khas arek-arek Malang, banyak yang belum tau fakta bahwa bahasa walikan telah digunakan sejak periode kemerdekaan, yaitu sejak zaman penjajahan Belanda. Ialah Hamid Rusdi, seorang pahlawan nasional dari Malang yang patungnya diabadikan di Simpang balapan Ijen Boulevard. Sebelum membahas lebih jauh tentang pahlawan pencetus bahasa walikan ini, kita bahas terlebih dahulu biografi beliau, yuk!
Hamid Roesdi yang memiliki nama asli Abdul Hamid ini lahir pada tahun 1911 di Pagak, Kabupaten Malang. Perjuangan dalam mempertahankan tanah air membuatnya disebut sebagai pahlawan besar. Beliau tidak hanya berjuang mengusir Belanda dan Jepang dari Indonesia, tetapi juga turut andil dalam pemberantasan PKI di Malang Selatan. Beliau juga pencetus Malang Lautan Api yang menjadi aksi heroik beliau. Hamid Rusdi juga merupakan pahlawan yang hebat dalam berstrategi, salah satunya dengan menciptakan bahasa walikan.Â
Ternyata bahasa walikan ini dicetuskan oleh Hamid Rusdi saat berjuang dalam agresi Militer Belanda II. Pada saat Agresi Militer Belanda II, pejuang-pejuang Malang merasa sangat kesulitan karena yang mereka hadapi tidak hanya Belanda, namun juga mata-mata Belanda yang berasal dari para pribumi. Mereka merupakan sumber informasi bagi penjajah Belanda.
Untuk mengatasi masalah pelik tersebut, para pejuang membuat strategi agar informasi mereka tidak bocor ke Belanda. Maka diciptakanlah bahasa walikan dan yang paling banyak menggunakan bahasa ini adalah para pejuang Gerilyawan Rakyat Kota (GRK) yang dipimpin oleh Hamid Rusdi. Dengan menggunakan bahasa walikan, pejuang akan mudah dalam membedakan mana kawan mana lawan.Â
Hal ini dikarenakan apabila mereka  tetap menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Jawa, maka akan sangat mungkin rencana-rencana mereka diketahui oleh pihak musuh.Â
Dengan demikian, bahasa walikan ini berperan sebagai bahasa sandi guna menghindari spionase Belanda agar kerahasiaan dan komunikasi antar pejuang tetap terjaga dengan baik. Bahasa ini telah sukses mengelabui pasukan Belanda dan membuat mereka kewalahan sehingga rencana para pejuang tidak sampai bocor ke telinga Belanda. Meski sudah tidak lagi berada di era penjajahan Belanda, bahasa walikan masih tetap populer digunakan oleh arek-arek Malang hingga saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H