Mohon tunggu...
Agus Yuswanta
Agus Yuswanta Mohon Tunggu... -

Pemerhati fenomena sosial

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berguru pada Kang Pepih

24 April 2016   02:06 Diperbarui: 24 April 2016   02:18 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kang Pepih memberikan materi menulis berita (Dokumentasi Panitia Akademi Menulis)"][/caption]Tepat hari Senin (18/4), Saya bersama dengan 17 teman lainnya mulai mengikuti pelatihan “Internship of Communication and Public Relations Digital ” atau program magang yang diselenggarakan oleh Udiklat Palembang. Hal yang menurut Saya paling berkesan dalam mengikuti pelatihan ini adalah mendapatkan mentor yang merupakan salah satu maestro di dunia citizen journalism.

Adalah Pepih Nugraha, yang menjadi mentor saya dalam program Akademisi Menulis Kompasiana (bagian pertama program magang). Pria kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, 11 Desember 1964 ini, merupakan wartawan Harian Kompas sejak 1990. Pepih Nugraha, atau yang akrab dipanggil dengan Kang Pepih, merupakan lulusan dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, menjadi reporter untuk sebuah mingguan yang terbit di Yogyakarta selain menulis fiksi berupa cerita pendek dan novel. Selain itu, Dia merupakan pelopor citizen journalism dengan membangun social blog Kompasiana.

[caption caption="Siswa mengikuti materi dengan serius (dokumentasi panita akademi)"]

[/caption]

Dibagian awal pelatihan, Kang Pepih menyampaikan tentang materi menulis berita. Hal yang pertama saya tangkap dan materi tersebut adalah tentang “daya cium berita” yang dimulai dari rasa ingin tahu dan skeptis, kemudian dari dua hal tersebut kita melakukan observasi, mengamati perubahan perilaku yang  dilanjutkan dengan melakukan perbandingan. Daya cium berita ini saya gunakan saat membuat Foto Essay tentang Pak Enda petugas kebersihan Pasar Palmerah.

Hal berikutnya yang saya ingat dan sangat membantu untuk menulis dalam materi Kang Pepih, adalah delapan cara membuka tulisan yakni dengan percakapan, pernyataan, pertanyaan, masalah, aksi, deskipsi orang, tempat dan waktu. Hal ini sangat membantu saya memecah “kebuntuan” dalam memulai menulis. Hal yang paling susah menurut saya dalam menulis adalah memulainya.

Kemudian hal lain yang membantu saya menulis adalah tentang lima pendekatan yang digunakan yakni :

1. Faktual dimana kita  hanya menulis fakta-fakta yg kita lihat, kita saksikan, alami, dan wawancarai.

2.  Praktikal dimana kita menulis dengan memberikan pemahaman, pengetahuan kepada pembaca untuk melakukan atau tidak melakukan suatu hal.

3.  Intelektual dimana kita menulis dengan memberi pengetahuan dari apa yang kita tahu atau belum kita tahu kepada pembaca.

4.  Emosional dimana kita menulis dengan menggerakkan emosi pembaca.

5.  Spiritual dimana kita menulis dengan mengajak orang untuk bangkit, semangat, tidak terpuruk.

 [caption caption="Mentoring menulis bersama Kang Pepih (Dokumentasi Panitia)"]

[/caption]

“Writing is Rewriting” kata Kang Pepih saat melakukan mentoring kepada saya dan dua teman lainnya. Oleh karena itu, Kang Pepih meminta  satu orang bercerita dan dua orang lainnya menulis apa yang diceritakan selama lima menit. Setelah selesai, filenya diberikan kepada yang bercerita untuk ditulis ulang selama 20 menit. “Itu salah satu trik agar dapat cepat menulis feature” ungkapnya.

[caption caption="Mindmapping opini SUTT 150 kV"]

[/caption]

Nah, hal yang terakhir adalah tentang menulis opini. Kang Pepih memberikan penjelasan tentang bagaimana menulis opini. Untuk membantu menulis opini, Dia menyarakan menggunakan metode mind mapping, “saya sekarang pakai metode mindmapping Tony Buzan, pointer sudah tidak dipakai lagi” tuturnya.

Terimakasih Kang Pepih atas bimbingannya. Semoga saya bisa terus menulis, menulis dan menulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun