Mohon tunggu...
Agus Sastranegara
Agus Sastranegara Mohon Tunggu... Administrasi - bukan pujangga, hanya pemuja kata

Bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pelangi yang Memudar di Langit Bangsaku

12 Februari 2018   11:10 Diperbarui: 12 Februari 2018   11:24 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hendaknya kita tetap "guyup", rukun seperti sedia kala. Aset yang paling berharga dinegara ini adalah kemajemukan, apabila aset ini sudah mulai terkoyak maka akan menjadi bencana untuk persatuan dan persatuan bangsa ini. 

Indahnya keberagaman adalah disaat kita bergandeng tangan, saling membantu tanpa memandang suku, tanpa memadang agama seseorang. Kegiatan-kegiatan kemanusiaan lintas agama juga penting dilakukan agar demi terwujud kedamaian dalam kehidupan kerukunan beragama.

Sebagai contoh pengobatan gratis yabg dilakukan oleh umat Budha yang dilakukan setiap tahun tanpa memandang siapa yang dibantu, dari mana berasal dan dari suku apa maupun dari agama apa. Saling berbagi makanan ketika saat berbuka yang dilakukan oleh umat Kristen adalah wujud nyata bahwa kita masih rukun dan masih ada sampai sekarang.

Untuk itulah pentingnya menanam sikap toleransi sejak dini bahkan sejak dibangku Sekolah Dasar agar menjafi bekal kepada oenerus bangsa bahwa berbeda itu tidak salah, berbeda itu bukan alasan saling membenci. Sepertinya kita wajib belajar lagi dari lagu "Pelangi" yang sering dinyanyikan anak-anak sekolah. Dari tipa liriknya jika dipahami dengan baik bahwa pelangi itu begitu indah, merah, kuning, hijau merupakan wujud dari perbedaan dan jika bersatu akan menjadi indah.

Satu hal yang penting bahwa didalam lagu tersebut, pelangi itu ciptaan Tuhan. Sekarang oaham kan artinya. Setidaknya hal tersebut hal yang dimabil dari sudut mata penulis melihat dan menanggapi peristiwa-peristiwa sekarang ini. Semoga kita tetap satu Indonesia. Jangan biarkan apapun memecah belak kita termasuk Politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun