Selama masa pandemi global, sejak tanggal 11/03/2020, setelah WHO (World Health Organization) mengumumkan status pandemi global untuk virus Covid-19, para pekerja swasta, pegawai toko-toko kecil, penjaja kue/makanan. Seluruh orang diharuskan menjauhi kerumunan, dan semua orang merasakan dampaknya, termasuk diri saya sebagai "pekerja seni". Saya hanya bisa iklas dan bersabar, dan harus irit bila mengeluarkan dana ini itu, meninggalkan keinginan untuk membeli barang-barang yang kurang bermanfaat.
Sebagai pekerja seni dalam bidang seni pertunjukan yang telah saya tekuni selama puluhan tahun, harus beristirahat sejak April tahun 2020, dan bisa jadi akan berlanjut hingga 2021 atau mungkin saja tahun-tahun berikutnya. Namun saya harus tetap optimis dengan menerapkan GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) agar terhindar dari segala penyakit dan bebas dari Covid-19.
Memang masa-masa sekarang ini pemasukan sebagai pekerja seni pertunjukan tidak ada sama sekali (nihil), namun saya masih bisa berharap dari gaji bulanan sebagai pegawai kontrak. "Alhamdulillah," gaji yang menurut saya cukup memberi saya makan selama 1 bulan, masih bisa menjaga keseimbangan hidup saya.
Masa pandemi telah mengajarkan kita cara bertemu/bertegur sapa dengan orang lain (asing), mengajarkan cara berkerumun/bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat, kita menjadi tahu bagaimana hidup bersih, cara membersihkan tangan, wajah setelah pulang dari keramaian. Namun, setelah sekian lama kita berhati-hati dari keramaian, saya sebagai seniman merasa rindu berlatih bersama kelompok seni, rindu mencipta karya tari bersama-sama, rindu bertemu/berkomunikasi dengan seniman-seniman dari daerah lain, rindu untuk festival, rindu menjadi juri festival dan rindu bertemu teman-teman seniman se Indonesia.
Kreatifitas dalam mencipta karya tari, teater ataupun drama dalam seni pertunjukan seperti diwajibkan untuk beristirahat dulu, bahasa/ekpresi tubuh atau komunikasi verbal/nonverbal dan intelektual untuk menghasilkan tontonan yang menarik hati masyarakat untuk sementara waktu diliburkan/ditiadakan. Kecuali tontonan pertunjukan melalui media sosial. Para pekerja seni kehilangan mata pencahariannya, cita-cita harus ditunda untuk beberapa waktu.
Interaksi, komunikasi antar pribadi, maupun komunikasi kelompok diistirahatkan diganti dengan zoom. Namun sepengetahuan saya, jarang pekerja seni yang ada dipedesaan atau dikecamatan melakukan kegiatan melalui zoom, hanya sebagian saja dari mereka melakukannya untuk keperluan-keperluan mereka.
Anda pasti mengetahui jika ilmu komunikasi sangat besar peranannya dalam seni pertunjukan. Setelah mengalami penelitian, kajian-kajian ilmiah yang sudah dilakukan banyak pelajar, mahasiswa dan kaum intelektual, seni pertunjukan cenderung lebih besar menggunakan ilmu komunikasi, baik itu verbal maupun nonverbal.Â
Penelitian atau makalah mahasiswa jurusan komunikasi banyak menggunakan seni pertunjukan sebagai bahan penelitiannya, seperti contoh; penelitian pengaruh komunikasi tradisional, pengaruh media tradisional terhadap seni pertunjukan, pesan dan makna tari tradisional, komunikasi verbal dan non verbal dalam drama tradisional dan lain sebagainya.
Perlu diketahui dan dipelajari, secara garis besar penelitian dan kajian ilmiah yang telah banyak dilakukan para peneliti, membahas seni tradisional, membahas seni kreasi, seni kontemporer dan seni modern. Mereka selalu menyertakan karakteristik seninya, komunikasi tariannya, kemajuan seni tradisional dalam masa sekarang serta pengaruh seni tradisional terhadap masyarakat modern.
Lebih kongkritnya mereka mengkaji perubahan seni pertunjukan tradisional yang harus mengikuti perkembangan jaman, dimana seni tradisional di waktu dulu berada pada masa animisme, masa pengaruh Hindu, Budha, dan dalam peradaban Islam agar tetap diterima masyarakat seiring waktu hingga masa sekarang ini.
Komunikasi dalam seni pertunjukan sangat kentara terlihat dalam komunikasi verbal seperti puisi, hadrah, syair, dialog dan sebagainya. Sedangkan komunikasi nonverbal sepert; busana, alat-alat musik, gerak gerik dan sebagainya.Â
Dalam seni pertunjukan, dapat kita jumpai berbagai fungsi komunikasi, adapun bentuknya ada yang bersifat verbal, seperti berbalas pantun, dialog, nyanyian, dan sebagainya. Puisi dan pantun mendapat peranan penting dalam seni pertunjukan. Isi yang dikomunikasikan adalah cinta kepada daerah, petuah, cinta antar sesama, pujian, nasib, ajaran agama dan lain sebagainya.
Komunikasi verbal mendapat kedudukan yang penting dalam seni pertunjukan, karena seni pertunjukan mengutamakan verbal (bahasa).Â
Seni pertunjukan yang dipentaskan oleh para seniman termasuk komposer dan koreografer kepada penonton harus dapat dicerna pesannya oleh penonton, makna yang disampaikan seni pertunjukan harus dapat ditelaah oleh semua orang. Walaupun masyarakat yang baru pertama melihat seni pertunjukan, oleh karena itu pementasan di bantu pembawa acara yang mengkomunikasikan isi dari seni pertunjukan itu.
Tak jarang ada seniman yang memberikan pesan dan makna dalam seni pertunjukannya dengan samar-samar, biasanya ia hendak mengkomunikasikan karya nya kepada para kreator atau seniman seni pertunjukan dan berharap ada yang terkagum-kagum dan bertanya atas maksudnya tersebut.
Seni pertunjukan biasanya sarat akan pesan dan makna yang dikomunikasikan kepada penonton, antara lain; pembelajaran tentang nilai-nilai budaya, syair, agama, moral, etika, adat, filsafat keindahan, kehidupan, menjaga stabilitas sosial, nasihat antara warga/keluarga/teman sejawat, dan sebagainya.Â
Komunikasi dalam seni pertunjukan memiliki peran dalam membina budaya masyarakat sebagai bagian jati diri masyarakat itu sendiri. Seni pertunjukan merupakan komunikasi multifungsi, diperbolehkan diterjemahan dalam berbagai makna dalam pikiran penontonnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H