Anggota masyarakat yang tadinya berasal dari masyarakat tradisional yang tidak mengenal internet, kini mereka masuk ke dalam media yang berada dalam genggamannya dan melihat/mengenal masyarakat dunia yang luas ini. Ini mempermudah orang untuk mengenal dan memberi perhatian kepadanya walau berupa kritikan dan sindiran. Kritikan setajam apapun merupakan perhatian orang terhadap dirinya.
Lalu, bagaimana mendapat perhatian dari orang-orang tanpa menggunakan internet atau media sosial?
Ia pasti mendapat perhatian, walau hanya dari orang-orang terdekatnya saja, sedangkan jika ia ingin mendapat perhatian dari orang banyak, maka itu hanya bisa dilakukan dari cerita mulut ke mulut saja dan ini membutuhkan proses (waktu) yang lama.
Menjadi pusat perhatian tanpa menggunakan internet atau media sosial, ia harus terus berlaku baik, murah senyum, luwes dan ramah. Tabiat ini cukup memicu orang-orang untuk bersimpatik kepadanya. Hal ini tidak bisa dipungkiri, berdasarkan fakta-fakta bahwa orang yang demikian itu posisinya di atas kebanyakan orang.
Hendaknya tidak pula dilupakan kehadiran orang yang baik, murah senyum serta ramah ini. Ia mampu merekrut sekian banyak simpatik orang-orang hanya dengan tersenyum, karena senyum adalah kunci pergaulan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H