Mohon tunggu...
Mohamad Agus Yaman
Mohamad Agus Yaman Mohon Tunggu... Freelancer - Seniman

kreator Prov. Kep. Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Faktor Pendorong Seseorang Maju dalam Pergaulannya

23 Desember 2020   08:22 Diperbarui: 23 Desember 2020   08:24 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasil pergaulan (foto:agusyaman)

Ada banyak faktor mendorong seseorang dapat maju dan baik dalam pergaulan sehari-harinya, dan penulis akan menulis beberapa faktor penting saja agar lebih mudah dipahami dan dapat mendorong kita semua untuk maju  dalam pergaulan. Tidak terpaku pada historis waktu dan usia yang biasa menekankan kepada kalimat, "Saya sudah tua untuk bergaul, fokus pada agama saja", atau menyerah pada nasib ataupun kalimat, "waktu saya sudah lewat untuk bergaul dengan orang lain".

 Seorang manusia tidak bisa lari dari kewajibannya untuk menjalani cobaan dalam hidup, wajarnya manusia membangun kesadaran sendiri untuk tetap pada jalan hidupnya yang benar, kemudian bercita-cita mencapai satu tujuan, "hidup sejahtera di dunia dan di akhirat".

Dimensi waktu atau terjadinya berbagai peristiwa/kejadian dalam perjalanan waktu yang telah dilalui akan kentara tatkala ia mengalami penyesalan karena perbuatan dimasa lalunya, dan ia pun sebagian kecil saja memanfaatkan waktu dengan baik.

Secara garis besar penyesalan ini tercipta karena hilangnya emosi/nafsu duniawi. Emosi/nafsu hanya bersifat sementara dalam dada manusia, setelah nafsu meledak dan terpenuhi, ia menyesal, di lain hari hadir lagi nafsu tersebut, meledak lagi, dan menyesal lagi. Oleh karena itu, hanya orang yang mampu meredam nafsu adalah orang yang maju/baik pergaulannya. Ia akan disayangi banyak orang.

Faktor pertama yang mampu mendorong manusia maju dalam pergaulan adalah: Pertama, historis atau bertalian atau ada hubungannya dengan masa lalu dari interaksi antara kita dengan masyarakat sekitar, kolega (teman sejawat/kawan sepekerjaan) dalam lingkungan rekan bisnis, rekan kerja dan sebagainya. Komunikasi dan interaksi yang telah kita jalani dulu akan mendorong sisi baik di hari itu dan juga di kemudian hari. Jika terjadi kesalahan terhadap mereka ada baiknya meminta maaf dan memperbaiki kesalahan yang lalu.

Manusia hidup membutuhkan orang lain, dan bukan untuk dimusuhi. Namun, hanya untuk kepentingan, sebagian mereka membuat permusuhan hanya berdasarkan emosi dan ikut-ikutan saja. Tanpa mereka sadari, mereka sudah membuat kesepakatan untuk membenci orang yang tidak sejalan dengan mereka. Mereka menganggap hal ini lumrah karena kecenderungan mereka adalah agar orang-orang mengikuti kehendaknya. Mereka mudah menghasut dan suka mendengar sepihak (lebih mendengar orang-orang didekatnya). Orang yang berniat maju dalam pergaulan akan menghindari/tidak terlalu dekat dengan orang-orang seperti ini.

Orang yang berniat maju akan terus berinteraksi dengan orang-orang baru, mencari dan menemukan orang yang baik-baik, karena demikian itu akan menumbuhkan kesetaraannya dengan orang lain walaupun orang tersebut konglomerat atau rakyat biasa. Walaupun masing-masing mereka memiliki derajat (khususnya dalam hal jabatan/ekonomi) yang tinggi. Ketika ia mencoba atas pemikiran kalau berhadapan dengan sesama manusia, maka kesetaraan akan ia kuasai, dengan demikian mempermudah ia berkomunikasi.

Walau secara jelas pelajaran dalam agama jika semua manusia itu sama, namun jika dilihat secara nafsu duniawi, maka pembagian derajat itu tetap berbeda. Situasi pekerja, buruh, petugas, komunitas politik, pengusaha, penguasa bidang ekonomi, memiliki derajat/peran penting dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.

Kedua, dimensi sosiokultural atau letak suatu wilayah berdasarkan keadaan sosial dan budaya daerah disekelilingnya yang termasuk atribut-atribut budaya yang sama, bahasa yang sama, agama yang sama, dan semua itu kemudian akan membentuk dirinya untuk maju berfikir dan bekerja, menjadikan kepribadian dan ikatannya dalam bermasyarakat menjadi baik.

Masyarakat yang dipenuhi orang berpendidikan dan pekerja keras akan mensugestikan dirinya untuk menjadi seperti mereka. Selain itu, orang-orang yang mampu menguasai lebih dari satu bahasa selain bahasa Indonesia akan meningkatkan kesejahteraan terutama dalam pekerjaan dan relasi, namun menguasai bahasa asing tidak menjamin seseorang bisa sukses dalam pergaulan. Hal baiknya adalah dalam berkomunikasi dengan orang asing akan membuatnya lebih memiliki relasi yang banyak.

Ketiga, mengenai agama, dalam pertemanan biasanya orang-orang tidak membawa-bawa nama agama selagi mereka saling menghormati, berkata sopan dan berlaku baik. Agama adalah salah satu elemen kunci perekat manusia. Agama berada di atas kemanusiaan, walaupun satu agama mayoritas dalam suatu daerah, jika mereka berpikir baik maka prilaku pun akan menjadi baik.

Jika agama disebut sebagai basis perpecahan, maka yang membuat fitnah agar terjadi perselisihan tersebut adalah sisi buruk manusia, karena hanya keburukan yang sanggup berbuat demikian. Pernyataan, "pengajaran orang-orang dalam agamamu tidak baik dan pengajar dalam agamaku adalah terbaik". Hal ini merupakan doktrin agar toleransi antar umat beragama menghilang, dan menginginkan agar semua manusia mengikuti niat jahatnya. Seseorang yang berniat maju ia akan mencari kebenarannya sendiri dari pelajarannya.

Berniat maju dalam pergaulan, ia harus bisa bertahan pada suatu mayoritas agama dan budaya yang menjadi tempat tinggalnya. Indonesia yang punya ratusan bentuk budaya lokal begitu spesifik. Masing-masing budaya cenderung mempertahankan eksistensinya. Walau demikian masyarakat Indonesia menyikapi/melakukan upaya penyeragaman budaya sebagai bentuk toleransi dan sebagai bentuk satu bangsa.

Keempat, sedikit atau banyak komunikasi yang kita bangun antara orang-orang yang diam di wilayah yang sama, di mana kita saling berkomunikasi lewat perdagangan, transportasi, handphone, dan media sosial. Pembangunan terus meningkat hampir di setiap wilayah di Indonesia, hal ini mendorong interaksi antar etnis lebih intens dan kini telah tercipta kondisi saling paham antar etnis. Tentu saja, masing-masing etnis akan tetap semaksimal mungkin memelihara adat dan kebiasaan dari masing-masing mereka.

Kelima, pergaulan dalam ekonomi, yaitu kesalingtergantungan ekonomi. Bidang ini telah pula kita lalui sedari kecil. Setelah kita dewasa, kesalingtergantungan tersebut justru dapat memperoleh kesempatan untuk saling membuka usaha dan melapangkan pekerjaan.

Jika ia ahli dalam perdagangan, ia dapat bertindak selaku distributor yang derajat keuntungannya lebih besar, namun ada baiknya tetap pada jalur kebaikan.

Demikian beberapa faktor yang menurut penulis dapat mendorong seseorang untuk maju dalam pergaulannya yang mungkin bisa mensejahterahkan kehidupannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun