Mereka bukan lagi sekadar melindungi dan menjaga keamanan masyarakat, namun akan bersifat material (kuasa, uang, kemakmuran) atas diri mereka sendiri. Kecuali kerjasama tersebut atas persetujuan masyarakat dan pemerintah setempat untuk kepentingan bersama dan kemakmuran wilayahnya.
Pengurus adat dan tetua adat jika diketahui masyarakat sedang melakukan manipulasi, dipastikan masyarakat yang tadinya (secara tradisional) mengikutinya dengan loyal, akan mulai bergeser. Mereka menjadi tidak stabil dan tidak konstan lagi mengikuti pengurus/tetua adat.
Pengurus/tetua adat akan ditinggalkan massa-nya sendiri yang kemudian, untuk menyelamatkan posisi mereka dalam bermasyarakat, mereka akan turun tahta dengan sendirinya.
Tetua adat yang awalnya memonopoli loyalitas masyarakat akan terpecah. Sebagian tetap bertahan atau tetap membela tetua adat, sedangkan yang lainnya mengikuti communal leader, sebutan atau seseorang yang dianggap mewakili suatu organisasi/komunitas. Sering kali berbasis di suatu tempat dalam masyarakat yang memiliki kepentingan ataupun tujuan.Â
Pemimpin-pemimpin organisasi swasta ini mengklaim punya massa tertentu dan bersedia membela atau menentang pengurus adat baik secara material maupun politik.
Jika mereka mengaduk-aduk, menghasut dan memecah belah masyarakat, maka reward yang mereka berikan bukan perlindungan terhadap masyarakat melainkan keuntungan untuk kepentingan sendiri, dan organisasi yang mereka kelola itu hanya sebagai batu loncatan untuk mengangkat derajatnya agar lebih tinggi lagi dikemudian hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H