Awal kalimat saya ingin ucapkan, "bangkitkan selalu semangatmu hai seniman, budayawan dan pekerja seni. Raih juga cita citamu generasi muda".
Kalimat kedua yang mau aku katakan, "demikian banyak seni dan budaya yang telah Tuhan titipkan kepada kita, wahai teman... lestarikan dan sejahterakanlah daerahmu wahai pengabdi negeri."
Apa yang ada dalam benak kita mendengar kalimat-kalimat itu? khususnya wahai pekerja seni budaya daerah?. Muncul lagi pertanyaan ini dalam hati saya, "kenapa tidak saya manfaatkan dengan baik seni budaya ini agar semakin berkembang dan dapat meningkatkan kesejahteraan kita?" Mungkin ada yang menjawab ,"sudah kami manfaatkan sebaik-baiknya, sudah kami lakukan inovasi-inovasi, sudah kami dokumentasikan dan sudah kami promosikan untuk kepentingan pariwisata, hingga dapat kamu lihat seni budaya tradisional kita tetap bertahan hingga saat ini."
Indonesia adalah negara yang luas, banyak pulau-pulau hingga mencapai belasan ribu, satu provinsi saja memiliki banyak kabupaten, 1 kecamatan saja sudah memiliki puluhan desa. Dari 1 kecamatan saja sudah berapa karya seni dan budaya yang ada dan itu berbeda-beda, bahkan setiap 10 km jarak antara kampung/desa/kelurahan pun seni budayanya berbeda. Itu terlihat seperti di daerah Bangka tempat tinggal saya menetap sekarang ini, tiap-tiap dusun/desa memiliki perbedaan dalam bentuk bahasa, cengkok, irama maupun, upacara adatnya, busananya dan pada adat istiadatnya.
Dengan keberagaman tersebut sudah pasti memiliki nilai jual yang tinggi, namun hingga saat ini keberagaman tersebut seperti air mengalir saja tanpa ada bendungan untuk mewadahi hasil karya leluhur tersebut, kurang maksimal di kemas dalam seni pertunjukan, kurang didokumentasikan dan jarang dipertontonkan untuk masyarakat luas, dan tugas seniman budayawanlah yang wajib aktif melestarikan, mengembangkan dan mengajarkan kepada murid disekolah-sekolah yang ada di Bangka Belitung ini. Karya-karya tradisional yang ada di desa-desa itu jangan hanya berjalan ditempat, jangan hanya berputar-putar didaerahnya saja, Â tapi dipelajari secara turun-temurun kepada generasi muda agar norma-norma dan etikanya tetap terjaga, dan kita harusnya bersyukur karena para pemuka agama, pemuka adat, budayawan desa yang terus berjaga-jaga atas pelestarian yang telah mereka lakukan.
Generasi muda dengan para seniman di Bangka Belitung ini terus melakukan inovasi terhadap karya tari ciptaannya, berlomba ingin menjadi yang terbaik, memperlihatkan tari kreasi hasil koreografinya dalam ajang festival tingkat Kabupaten dan tingkat provinsi Babel, karya itu menjadi kebanggaan sendiri apabila mereka menjadi pemenang dan masuk dalam kategori penata tari terbaik, penata rias dan busana terbaik dan penata musik terbaik, apalagi menjadi juara umum, karena mereka menganggap persaingan pada festival ini saat ketat dan dapat menaikkan rating sebagai seniman. Kemenangan ini menjadi kompor semangat mereka, karena festival-festival inilah banyak generasi muda melanjutkan pendidikan ke luar kota seperti di Joyakarta, Bandung dan Jakarta untuk masuk lebih dalam lagi tentang seni pertunjukan.
Seniman dan budayawan Babel pastinya bangga dengan tekad anak-anak muda ini, tiap tahun mereka inilah yang penampung seni tradisional mengembangkan kemudian menjadi usaha bagi para pekerja seni dikemudian hari. Lambat laun diharapkan generasi-generasi penerus ini tetap melestarikan seni budaya Babel dan diharapkan agar para pekerja seni dan generasi muda dapat lebih kreatif dalam mengolah seni budaya daerahnya agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dilingkungannya.