Mohon tunggu...
Mohamad Agus Yaman
Mohamad Agus Yaman Mohon Tunggu... Freelancer - Seniman

kreator Prov. Kep. Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cara Singkat Mencipta Tarian Anak-anak hingga Umum

4 Oktober 2019   14:20 Diperbarui: 23 November 2020   09:08 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak Sekolah Dasar sedang menari (foto; Agus Yaman)

Membuat seni pertunjukan, seperti: tari kreasi, drama tari, seni kontemporer, kolosal, Tari berpasangan, individu, kelompok atau sebagainya dapat di awali dari pembuatan gerak atau musik terlebih dahulu, dapat juga dari ide garapan, tema, melihat kehidupan masyarakat, melihat alam, melihat hewan, melihat busana, dan sebagainya, menurut mood dari sang kreator itu sendiri, seperti saat kreator sedang bersedih, bahagia, semangat dan sebagainya, ia menemukan idenya menurut keadaan dirinya, namun semua tergantung dari fresh atau tidaknya ia berfikir.

Menciptakan tarian itu dapat dikatakan mudah tapi sulit, sulit tapi mudah. Biasanya kebanyakan koreografer akan mengatakan yang demikian itu dan menurut kegunaan dan pemanfaatan untuk apa tarian itu ia buat. Untuk itu tarian tidak boleh dianggap enteng dan tidak bisa dibuat asal-asalan, harus ada konsep atau tema. Dalam mengerjakan sesuatu apapun pasti diutamakan adalah konsep dan ide awal. Tapi ada beberapa karya yang tanpa sengaja mereka buat dan menjadi mahakarya yang luarbiasa.

Tari tradisional yang ada di daerah tercipta karena kebiasaan atau dari kegiatan masyarakat setempat, ada yang tercipta karena kebiasaan/kegiatan nelayan, petani, usai memanen, saat melepas lelah, sebelum hari raya dan sebagainya. Kebiasaan-kebiasaan masyarakat dahulu itu ditambah dengan masyarakat yang menari lambat laun menciptakan tari tradisional yang kini kita kenal sekarang ini, seperti tari Dambus Bangka yang tercipta dari kebiasaan masyarakat yang bedincak (berjoget) kemudian diakui sekarang ini menjadi gerak tari tradisional Bangka. Demikian juga di masa sekarang, si koreografer mencipta tarian kreasi menurut kebiasaannya, menurut ide garapannya, menurut karakternya, namun karena si koreografer adalah orang daerah maka ia membawakan identitas daerahnya, dapat berupa busana, logat bicara, gerak dan sebagainya.

Biasanya seorang koreografer membuat tariannya dari konsep yang ingin ia angkat dengan berpijak pada gerakan tari tradisional daerahnya, bisa juga saat ia mendengar musik, melihat busana daerahnya, atau darimana saja yang ia kehendaki. Kemudian dialah yang mencocokkan musik, properti dan busana yang ia inginkan. Untuk itulah ia membutuhkan komposer dan penata busana untuk bekerjasama dan membantu pemikirannya agar keinginannya tercapai.

Semua garapan tarian dari seorang koreografer apabila itu khusus untuk sebuah perlombaan sudah pasti ia harus mengikuti petunjuk panitia yang menghendaki Tema Garapan sesuai dengan peserta lomba, seperti lomba tari tingkat anak, remaja dan orang dewasa, seperti contoh FLS2N (Festival Lomba Seni Siswa Nasional). Seorang koreografer akan menciptakan tarian yang sesuai dengan usia anak didiknya, antara lain:


Taman Kanak-kanak

Tarian anak-anak Preschool/TK/PAUD/Rumah Bermain dan semacamnya di usia  2 - 4 tahun sangat berbeda dengan tarian-tarian anak Sekolah Dasar, SMP, SMA dan umum dalam mengajarkan/membuat tarian. Namun tidak menutup kemungkinan anak kecil mampu menari seperti orang dewasa. Anak-anak ini jelas lebih suka bermain, tariannya pun baiknya tidaklah terlalu berat. Bisa membuatnya menjinjit-jinjit kecil, gerak2 tangan kanan kiri, goyang kepala, pola lantai yang simpel akan lebih membuat mereka bergembira dan apabila ingin lebih meriah, tarian ditambah dengan bernyanyi, dengan busana segar seperti busana/menirukan hewan, topi kelinci, busana peri, sayap malaikat, pohon dan sebagainya agar pementasan mereka segar dan menghibur. Hal seperti ini dapat kita lihat pada film-film keluarga di televisi. Tiap orang pasti menyukai anak kecil apalagi anak-anak ini pentas pada panggung pertunjukan dengan membawa tema dunianya anak-anak. Jangan membuat karya anak-anak menjadi dunia orang dewasa karena sudah pasti banyak yang kurang menyukainya.

Anak Sekolah Dasar

Anak-anak sekolah dasar berusia 5 - 11 tahun, mulai menanjak dalam membuat tarian dan kepenariannya pun dapat di atas rata-rata, karena tarian untuk anak SD ini sudah bisa mengikuti Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Festival ini berjenjang, mulai dari gugus di kecamatan, apabila juara 1 maka berhak ikut FLS2N tingkat Kabupaten, jika juara, mereka kemudian menuju tingkat provinsi, lalu Nasional. Lomba seperti ini dipastikan dapat meningkatkan kepercayaan diri anak dan mereka semakin mengasah kemampuan bakatnya dan sudah pasti bermanfaat bagi mereka.

Tarian anak SD sangat interaktif, koreografer membuat tarian ini disertai permainan layaknya permainan anak-anak SD, contohnya bila tema tentang berkebun/bertani maka tarian mereka tentang seputaran kebun dan diselingi senda gurau anak-anak yang membantu orangtuanya bercocok tanam sambil bermain-main, lempar-lemparan, tertawa-tawa dengan memanfaatkan properti yang ada diperkebunan. Contoh lainnya, saat mendorong kereta yang ada dikebun dijadikannya alat bermain, saling dorong, saling tertawa dan sebagainya. Interaksi-interaksi ini menjadikan tarian anak SD menjadi segar layaknya dunia anak-anak tanpa meninggalkan kesan menari yang kompak. Perkiraan persentase nya adalah 50% - 50%, untuk permainan dan kekompakan, karena tarian ini lebih menonjolkan dunia anak-anak. Dimasa sekarang cukup banyak koreografer mencari atau memanfaatkan anak-anak yang pandai senam lantai dan akrobatik di sekolahnya, hal ini untuk memperkuat garapannya.

Anak Sekolah Menengah Pertama


Garapan tari anak SMP sudah pada tahap pembentukan kepenarian anak remaja, artinya keseriusan pada pola lantai, gerak, karakter diharapkan di atas garapan anak SD. Kebanyakan koreografer sudah memaksakan diri agar anak SMP ini sudah menjadi penari handal layaknya penari-penari profesional, tidak ada lagi gerakan tari yang bermain-main kecuali menyesuaikan pada tema garapan, dan ini pun permainannya lebih sedikit dibanding gerakan kompak sekitar 20%-70% (permainan-kekompakan) namun semua hak pada koreografer ingin menggarap berapa persen permainan dan kekompakannya. Baiknya saya sarankan 30 % untuk permainan atau karakter anak-anaknya, ini agar garapan tetap segar dan dapat dilihat anak-anak yang tumbuh menjadi remaja. Sedangkan panitia FLS2N pun sudah menetapkan tiap tahun tema-tema garapan tari yang sesuai untuk anak SMP ini, seperti: Tema kepahlawan, kepedulian terhadap mahluk hidup yang ada disekitar dan sebagainya.

Dalam tema kepahlawanan dan kepedulian pada alam sekitar pun dapat dimasukkan karakter permainan atau anak-anaknya, contoh; seorang pahlawan pun pasti ada sisi menghibur, ada sisi bercanda dengan teman seperjuangannya dan ini untuk menghindari keputusasaan di saat perang atau kepedulian terhadap lingkungan dengan bersenda gurau saat beristirahat, dan sebagainya. 

FLS2N sangat membantu anak-anak agar maju dalam pendidikannya, contohnya piagam penghargaan atau pun sertifikat sebagai peserta maupun sebagai juara akan sangat bermanfaat bagi mereka. Demikian juga sertifikat festival tari tingkat umum maupun remaja, suatu saat akan sangat teramat berguna, tapi sayang panitia sering melupakan piagam ini kepada tiap peserta, hanya mempersiapkan piala, uang pembinaan dan satu piagam untuk tiap kelompok, padahal piagam adalah penghargaan yang nantinya dapat mereka pergunakan untuk melanjutkan sekolah, untuk keperluan kuliah, beasiswa dan sebagainya. Untuk itu saya harapkan kepada panitia penyelenggara festival-festival seni budaya baiknya memberikan piagam penghargaan kepada tiap peserta.

Anak Sekolah Menengah Atas

Untuk anak SMA dan SMK atau yang sederajat, garapan tarian lebih dewasa dan tidak kekanak-kanakan seperti anak SD, namun tarian anak-anak SD boleh bergerak dengan gerakan anak SMP maupun SMA bahkan boleh berkarakter bapak-bapak, ibu-ibu kakek atau nenek, sedangkan anak SMA atau umum wajar jika seperti bapak-bapak, ibu-ibu namun terasa janggal jika memerankan peran anak kecil kecuali karakternya memang sesuai dengan tema yang dikehendaki pihak penyelenggaraan, apabila perannya memang dikehendaki koreografer menjadi anak-anak dan jika dibutuhkan seperti acara humor atau lawak-lawakan lainnya agar perannya lebih lucu dipersilahkan saja.

Biasanya tarian anak SMA ini 80% sampai 100% gerakannya full serius, aktif dan maksimal, pemantapan gerak dan pola lantai serapi-rapinya kecuali tema yang disodorkan koreografer lebih atraktif (bebas) atau tema yang ia kehendaki lebih kreatif atau humor. Hak berada sepenuhnya milik koreografer.

Pada FLS2N tingkat SMA pun tema-tema yang disodorkan panita berbeda dari tema SD dan SMP tentang kebersamaan terhadap sesama, perlindungan terhadap alam, dan sebagainya. Jadi panitia FLS2N sudah memilah-milah kecocokan tema anak SD, SMP dan SMA, jadi disini panitia menghendaki perbedaan garapan terhadap tingkatan sekolah tersebut

FLs2N tingkat SMA se Kab Bangka (penari Tinka dan Dewi)
FLs2N tingkat SMA se Kab Bangka (penari Tinka dan Dewi)

Umum

Di tingkat umum benar-benar dirasakan kebebasan seorang koreografer dalam berkesenian, namun tetap pada etika dan norma-norma yang ada pada rakyat Indonesia. Kebebasan menggarap tarian itu diperbolehkan bagi anak SD, SMP, SMA, perguruan tinggi atau siapapun yang berminat mengikuti festival ditingkat umum. Sedangkan tema garapan biasanya sudah tetap ditentukan oleh panitia penyelenggara. Gerakan, komposisi/pola lantai, busana serta properti menjadi kebebasan koreografer untuk menggarap tarian, dan tarian itu boleh dikembangkan oleh koreografer dengan intelektualnya, seperti garapan yang berlandaskan tari tradisional, mengkreasikan tarian yang sudah ada atau membuat gerakan sendiri serta mencetus ide-ide baru yang belum pernah ditampilkan oleh siapapun juga. Demikian juga dengan komposer maupun penata busana, mereka boleh meneliti dan mengkreasikan musik atau busana tradisional daerah mengkolaborasikan dengan alat musik modern atau membuat musik untuk di jaman sekarang.

Festival Serumpun Sebalai tingkat umum.
Festival Serumpun Sebalai tingkat umum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun